[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Cakrawala

Sabtu, 29 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Cakrawala


Jaka dan Rara sudah hampir sampai tujuan. Ke sebuah pulau yang sepertinya menjadi tempat singgahnya para Dewa-Dewi di bumi, saking cantiknya. Pulau yang dataran tinggi dan rendahnya bersisian dengan indah. Yang gunung dan danaunya saling melengkapi dengan sempurna. Yang pantainya menampilkan segaris lintang di ujungnya, seakan membelah langit dan lautan tepat di tengahnya.

Rara berdecak kagum memandang horison yang terhampar di depan matanya. "Indahnya..."

Jaka tersenyum. "Kalau cara pandang terhadap kehidupan bisa seluas cakrawala, maka hidup akan terlihat sangat indah," katanya menanggapi.

"Maksudnya?" tanya Rara

"Yaa, tidak sempit aja..." jawab Jaka. "Tidak terpaku di dalam kotak-kotak, and instead, think out of the box. Tidak berlika-liku di dalam labirin, tapi naik saja dan lihat jalannya dari atas."

Rara masih belum paham, jadi ia diam memikirkan.

"Kita adalah jiwa yang, anggap saja, terperangkap di dalam raga," Jaka meneruskan. "Raga yang memiliki otak, yang membatasi pikiran hanya sebatas apa yang pernah mampir ke dalamnya sebagai pelajaran-pelajaran. Ke mana-mana terbatas, kurang bebas bergerak, hanya hanya dalam lingkup pelajarannya."

"Jadi gimana?" tanya Rara lagi.

"Ya bebaskan," Jaka menjawab lugas. "Bertindaklah dengan hati, karena hati sangatlah dalam dan luas, dan ia adalah tuntunan sejati. Bertindak dengan logika hanya akan mendapati banyak jalan buntu, terbentur sana-sini dengan berbagai aturan."

"Bertindak dengan hati berarti membebaskan jiwa untuk mengalami semua?" Rara bertanya, setengah pada dirinya sendiri, setengah pada Jaka.

Sang suami tersenyum. "Ya...", katanya. "Biarkan jiwa mengalami semua, apapun itu tanpa takut ini dan itu. Bebaskan otak dari cara pikir yang sempit, dan mulailah melihat segalanya dengan hati yang seluas cakrawala, tanpa batas."

Rara mengerutkan kening. "Jadi, ngapain aja boleh?"

"Ya boleh. Bebas," Jaka tertawa. "Buktinya, segala bentuk kezaliman yang ada selama ini terjadi-terjadi saja, kok. Dalam pengetahuanNya."

"Tapi...?" Rara mengharapkan kelanjutan.

"Tapi kalau kebebasan itu berjalan dengan tuntunan hati, bergerak atas nama Cinta dan bukannya rasa takut, maka IA ada dalam setiap langkahnya," Jaka melanjutkan. "Dan apapun itu yang melibatkanNya,, tentu tidak akan melanggar hukum alam dan kemanusian."

"Jadi, bebas ya, mau ngapain aja?" Rara mencoba menyimpulkan.

"Ya, bebaskan jiwa untuk mengalami segala -mumpung ia masih memiliki raga," jawab Jaka. "Lampaui logika, buka pikiran seluas cakrawala, dan mulai biarkan hati yang bicara."

"Hati akan membawa keindahan yang tak terjabarkan kata, yang tak terjangkau logika," Rara menutup obrolan. "Bebaskan jiwa, karena ia luas terbentang laksana cakrawala."

Jaka tersenyum lagi. "Go to the infinity and beyond. Karena hanya pada saat itu, baru terlihat betapa indahnya dunia."

********
*thank you mas Guru, for the inspiration

Tidak ada komentar:

Posting Komentar