Jaka dan Rara sudah pulang ke rumah, setelah beberapa hari di luar kota menjalankan panggilan tugas. Sudah siap kembali menjalankan rutinitas, walau rasanya badan masih enggan diajak bergerak. Apalagi Rara, yang nampaknya sedang PMS.
"Taruhnya yang bener, ah!" ia mulai mengomeli suaminya. "Kemarin nyari-nyariin kunci, sekarang naruhnya sembarangan."
"Iya..." Jaka menjawab pasrah. Cuma itu yang berani ia sampaikan, kalau ingin selamat dari serentetan omelan tambahan.
Untungnya, Rara sudah harus ke kamar mandi, jadi ia cukup puas dengan jawaban Jaka. Tapi kamar mandi juga bukan tempat yang bebas dari masalah...
"Hiiiy!" Rara menjerit dari dalam lalu menghambur kembali ke kamar dan duduk di meja kerja.
"Kenapa??" Jaka ikutan kaget.
"Ada cicak di wastafel!" Rara masih menjerit.
"Hhhh..." Jaka hanya menghela napas dan memeriksa wastafel. "Sudah ngga ada," katanya beberapa saat kemudian.
Rara turun dari meja dan mendorong suaminya ke kamar mandi. "Yang bener?" tanyanya dari balik tubuh Jaka. Setelah yakin, baru ia berani masuk lagi.
Sepuluh menit berlalu dan Jaka masih asyik dengan ipad-nya bermain online, saat Rara berteriak lagi dari kamar mandi.
"Aku lupa bawa handuuuk," katanya. "Tolong ambilin yaa..."
Jaka mengikhlaskan game-nya dan mengambilkan handuk istrinya. "Apalagi?" tanyanya di depan pintu.
"Ngga ada," jawab yang ditanya, membuat Jaka kembali ke ipad-nya.
"Eh sama pembalut juga deh," Rara minta tolong lagi.
Jaka ke depan pintu kamar mandi lagi, menyerahkan barang yang diminta. "Ada lagi ngga?" Jaka bertanya lagi. Tidak ada jawaban, jadi ia kembali ke gadget-nya.
Sepuluh menit berlalu lagi dan Jaka masih juga asyik dengan ipad-nya, saat Rara meminta pendapat tentang pakaiannya.
"Yang merah apa yang biru?" tanya sang istri sambil mematut-matut diri.
Sejujur-jujurnya, Jaka paling enggan dimintai pendapat yang berhubungan dengan kewanitaan. Soalnya, tidak ada jawaban yang bisa memuaskan, dengan bantahan-bantahan yang selalu absurd dari pihak penanya.
Tapi karena ingin cepat beres, jadi ia menjawab, "Yang biru."
Benar saja, Rara mulai bertanya apa salahnya dengan yang merah, dan apakah pilihan biru itu berdasarkan sentimentil laki-laki yang cenderung suka warna itu.
"Yaa..." Jaka ragu-ragu mengungkapkan alasannya yang sangat sederhana: biar cepat beres saja. "Ya sudah yang merah."
"Kamu plinplan, ih," protes Rara. Tapi setengah menit kemudian, ia mengganti bajunya dengan yang warna krem. "Yang ini aja deh," katanya puas.
Jaka menggelengkan kepala, sebuah gerakan yang mewakili sangat akan isi kepalanya. Berusaha memaklumi bahwa makhluk yang maujud menjadi perempuan itu wayahnya berisi selaksa misteri --dan akan selamanya begitu. Membuat bingung para pria yang wayahnya melindungi dan memahami.
"Aku keliatan gendut ngga, pakai warna ini?" Rara bertanya lagi.
Wah. Laki-laki di seluruh dunia sudah hapal sekali dengan pertanyaan menjebak itu, termasuk Jaka. Jadi ia menjawab dengan hati-hati,
"Kamu pakai apa saja bagus, Ra. Tetap cantik dan seksi bagiku," Jaka memandang tulus istrinya. "Lagian, kamu kan perempuan yang ingin dihargai karena kepribadiannya, bukan karena penampilan luarnya," lanjutnya sambil tersenyum mengingatkan.
Sebelum Rara sempat membalas, Jaka menghampiri dan memeluknya, "You are beautiful, inside and out."
"Ooowh..." Rara membalas pelukan itu dengan haru biru. Juga dengan sedikit malu, menyadari diri yang kadang lepas kendali.
Jaka mengecup rambut Rara, menyadari sepenuhnya bahwa pada tingkatan yang lebih dangkal, wanita butuh dimengerti, dimanjakan. Namun pada tingkatan yang lebih dalam, wanita perlu dibimbing, dihantar pada pencerahan
********
Baca lagi kisah kasih mereka tentang kehidupan di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka
Wanita ingin dimengerti, bacanya nyesss gitu (dab jarang dimengerti)
BalasHapusPasti seneng tuh dibilang cantik inside and out yah, hihih
BalasHapusRara ketemu cicak aja gitu ih gimana kalau ketemu mantan #eh mantannya kan Jaka 😂 hahahaha
BalasHapusBaru baca buku Bicara juga ada seninya dan cowok kurang suka ditanya kek gitu hehe
BalasHapusTeh, cobain kisah Rara dan Jaka ini pakai metode show and tell, pasti lebih cakep lagi. IMHO
BalasHapusHihihi..wanita memang makhluk yang susa dimengerti ya...
BalasHapusDi minta pendapat baju bitu dan merah, akhirnya mah pakai yang krem wkwkwk...
Hahaha... Rar ini aku banget deh. Aduuuh, aku jadi malu. :)))
BalasHapusKang Jaka sabar banget ya ngadepin istrinya.. so sweet banget.. mau lah kyk gitu.. Hahaha
BalasHapusWah ini percakapanku sama suami sekitar 10 tahun yang lalu Teh, suka rada insecure kayak Rara pengen dibilang sayang dan dibilang cakep terus hahaha.
BalasHapusSekarang mah udah bodo amat hahaha
Selalu makjleb gitu cerpennya teh... aku berasa jadi Raranya,hehe.
BalasHapusLangsung nyanyi lagu ada band...
BalasHapusKarena wanita ingin dimengerti,
Dengan tutur lembut dan laku agung
Dihantar pada pencerahan... ah.. aw aw. Btw aku kalau ngomel kayak Rara, mrentet gak habis habis
BalasHapusMas Jaka ini bisa aja yaa.. again and again.. where is Jaka in real life? :)))
BalasHapusNyahahaha kalau ditanya langsing apa gemuk juga dilematis. Dijawab langsing dbilang cuma mau nyenengin, ga jujur. Dikasih jawaban gemuk manyun. Ya emang prempuan rempong soal penampilan, termasuk aku hahaha....
BalasHapusJaka ini... bisa banget meredakan Rara. Idola!
BalasHapusSemakin sering baca fiksi Jaka dan Rara kok aku ngerasa kalau tokoh Jaka ini terlalu sempurna. Sejujurnya tokoh yang terlalu sempurna sulit relate sama aku. Kayak ketemu malaikat bukan manusia hehe
BalasHapus