*image from freepik
Di suatu siang yang biasa, saya merasa 'terlahir kembali'.
Bukan. Bukan secara badaniah bereinkarnasi; penjelmaan (penitisan) kembali
makhluk yang telah mati (*Kamus Besar Bahasa Indonesia), tapi secara bathiniah.
Saya
baru tersadar akan hal ini sejak membaca tulisannya mbok Putu Rayahu Ujianti di
sebuah portal. Saya terkesan sekali akan ceritanya mengenai 'Terlahir Kembali'.
Ini
sedikit kutipannya,
"Semakin banyak ia menjumpai hal-hal yang menohok pikiran dan kesadarannya, semakin sering ia dihantam pengalaman yang mengubah pikirannya secara drastis, sekerap itulah ia dilahirkan. Semakin dalam kesadaran yang ia peroleh dari suatu pengalaman, maka sejatinya ia tengah dilahirkan, lagi dan lagi. Ia tetap akan berada dalam wujud fisik yang sama, namun dengan kondisi batin yang berbeda."
Dan
siang itu, sebuah pengalaman menghantam, membuat saya semakin menyadari satu
hal, hingga saya merasa terlahir kembali. Satu hal penting yang sebenarnya
sering kita alami, tapi mungkin tidak terlalu dimaknai semestinya -minimal oleh
saya-. Yaitu tentang campur tangan Tuhan dalam kehidupan.
Siang
itu, saya pergi ke sebuah toko bangunan bersama anak-anak, setelah menjemput
mereka dari sekolah. Saya sedang dilayani dan berdiskusi mengenai sesuatu
dengan penjaga tokonya, ketika seorang kakek datang dan bertanya tentang
bohlam. Ia ingin membeli sebuah bohlam karena lampu di rumahnya sudah mati,
demikian menurut penjelasannya.Si penjaga toko mengambilkan sebuah bohlam, yang
diperhatikan lekat-lekat oleh sang kakek.Tak lama, kakek itu bertanya tentang
bohlam lagi, kali ini yang harganya lebih murah.
Kembali
menghentikan percakapannya dengan saya, si mang toko mengambilkan pelanggan
tuanya sebuah bohlam yang lebih sesuai dengan permintaan. Sang kakek pun
memandangi bohlamnya lagi dengan seksama, dan kembali minta yang lebih murah.
Tanpa hilang sabar (dan saya salut), si mang toko berkata bahwa bohlam tersebut
sudah yang paling murah. Hal berikutnya yang terjadi sangat membuat hati saya
pilu. Yang sekarang ini saya anggap titik awal kelahiran kembali saya, karena
kesadaran saya mengenai campur tangan Tuhan benar-benar dibentangkan.
"Tiasa
teu upami hargana janteun genep rebu? Opat rebunya jeung ongkos abi..",
pinta sang kakek lirih sambil memperlihatkan selembar sepuluh ribuan Rupiah.
(*bisa
ngga, kalau harganya jadi enam ribu? Empat ribunya buat ongkos saya..)
Bohlam
seharga delapan ribu Rupiah itu ditawar.... Ya Allah. Saya ingat, hati saya
terasa periiiih sekali, dan saya berusaha sekuatnya menahan air mata sambil
memalingkan muka.
Si
mang toko, yang berposisi hanya sebagai pegawai, dengan berat hati menolak
tawaran sang kakek. Sudah harganya segitu, katanya. Lalu bapak tua di samping
saya kembali diam, mungkin menimbang-nimbang apakah ongkosnya bisa dipangkas
dan digantikan dengan jalan kaki saja, atau tidak. Keheningan yang menyiksa itu
ya yang seperti itu....
Tidak
kuat berlama-lama, saya segera mengakhiri diskusi saya yang sebenarnya masih
tanggung dengan si mang toko. Saya ambil barang yang saya perlukan seharga Rp.
42.000,- dan membayarnya dengan sebuah lima puluh ribuan. "Tolong sisanya
dibuat bayar bohlam aja, ya!", saya mewanti-wanti si mang. Ia pun
manggut-manggut setuju.
******
PASTI
bukanlah suatu kebetulan bahwa saya berada di sana bersama dengan sang kakek.
PASTI
ada yang menggerakan hati saya untuk pergi ke toko itu dan bukannya toko
sebelahnya.
PASTI
ada yang mengarahkan bapak tua yang keriputnya menjadi saksi perjalanan
hidupnya itu untuk masuk ke toko yang sama.
PASTI!
Dan
saya bangga, mengetahui bahwa saya ditunjuk menjadi salah satu malaikat tanpa
sayap bagi sang kakek, yang bisa membantunya dalam kesulitan. Kelak,
malaikat-malaikat lain yang bertaburan di muka bumi ini pun akan sebagai gantinya ditunjuk untuk
melapangkan keterbatasan saya. PASTI sebagaimana janji Allah dalam ayatnya ke
7-8 pada Al-Qur'an penggalan surat AL-Zalzalah;
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah,
niscaya dia akan menerima (balasan)nya.."
Tapi
tentu saja, bukan mengenai azab baik itu saja yang saya ingin nantikan, namun
pengalaman-pengalaman lain yang kelak Tuhan berikan kesempatannya pada saya
hingga saya akan semakin merasakan keberadaanNya dalam diri saya.
Terima kasih hanya padaMu ya Allah, di suatu siang yang biasa,
saya merasa 'terlahir kembali'. Bukan. Bukan secara badaniah bereinkarnasi, tapi secara bathiniah.
one of YOUR student of life,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar