"Iya... insyaaAllah, daag...", Rara menjawab ajakan seorang rekan kerjanya sebelum ia masuk ke mobil.
Dari dalam mobil, Jaka melambaikan tangan, ikut berpamitan pda teman-teman Rara.
"Mau janjian kemana", tanyanya saat sang kekasih sudah duduk di sampingnya.
"Diajak arisan wiken besok. Aku ga suka arisan, males banget deh dateng..."
"Aku ngga janji, cuma bilang insyaaAllah..."
"Rara, kamu tau kan bahasa Arab itu artinya apa?"
"Nggg... tau...", yang ditanya menjawab dengan salah tingkah.
"Kenapa berjanji kalo berniat mengingkari?"
"Aku ngga enak nolaknya..."
"Chakra ke lima itu ada di tenggorokan. Di sana ada banyak sekali yang membuat kita terhambat mencapai dua chakra berikutnya. Tidakkah kamu pernah bertanya, kenapa kelulusan mahasiswa itu dinamakan Wisuda?", Jaka mulai berbagi pengetahuannya.
"Ngga...", Rara mengkerut di tempat duduknya. Kekasihnya hampir tidak pernah marah, jadi kalau Jaka bicaranya sudah serius begitu, Rara bisa menangis di akhirnya.
"Karena pada chakra Visuddha lah kelulusan itu. Kata-kata menempati porsi karma yang cukup besar, Ra, jaga bicaramu. Ada banyak sekali janji yang tak ditepati, kalimat yang menyakiti, omongan yang yang ngawur, yang menghalangi mencapai level berikutnya."
Rara mulai terisak, teringat betapa banyak "insyaaAllah" yang diumbarnya.
"Ngga usah baper...", Jaka mengajak bercanda. Hampir lupa ia, bahwa sang kekasih itu mudah sekali terbawa perasaan. Diberhentikannya mobil di pinggir jalan, untuk sekadar meraih Rara ke dalam pelukan.
"Lain kali, tolong ingatkan aku kalo sedang menebar janji, yaa..", Rara menghabiskan tangisnya di bahu Jaka.
"Aku berasa jadi Tommy Page, deh... A shoulder to cry on...", Jaka berusaha mencairkan suasana.
"Jakaaa..."
"Iya, sayang, aku janji ingetin kamu kalo pas aku juga ada di sana yaa."
"Janji juga temenin aku ikut arisan wiken nanti yaa..."
"Aduuh... Jangan bikin aku berjanji untuk sesuatu yang ngga bisa aku penuhi, Ra..."
"Ya penuhi doong... Kalo ngga, nanti malem tidur di sofa loh..."
"Ya ngga apa-apa deh, tapi jangan kunci pintu kamar yaa... Malemnya aku samperin, hihihi."
Rara tertawa. Ia mengecup pipi Jaka, kekasihnya, pahlawannya.
tulisannya bagus ...
BalasHapuscuma keterangan dialognya nggak semua ada ya. Kadang saya bingung bacanya, ini yang ngomong siapa hhehe ... maafkan mak, mungkin udah lama nggak baca bacaan yang fiksi
Wisuda itu gabungan dr kata WIS+UDA. Alias wis = udah (bhs jawa) dan Uda dari kata sudah (bhs indonesia).
BalasHapusMengarang bebas. Tapi ulu ngaco ahahaha
Teh Putu keren ceritanya nih, jadi terlarut dalam cerita
BalasHapusKapan ya bisa bikin kek gini btw ditunggu kisah selanjutnya ya
BalasHapusWuih, Teh Putu keren deh bisaan nulis cerita. Aku mah nyeraaaaah. Ayo bikin novel. :)
BalasHapusKeren teh... Makanya saya kalau ga niat dateng, biasanya jawabnya "liat nanti ya" hihihi...
BalasHapusTeh Putu asyik.nih pknter bikin cerpen..saya belum pernah bikin ih..nyerah duluan hehe..
BalasHapus