Pagi itu masih diselimuti hujan sisa semalam. Rara juga masih berselimutkan tangan suaminya yang melingkari pinggangnya. Pandangannya menyapu jendela yang tirainya sedikit terbuka, menyajikan gambaran pohon pinus yang daun-daun jarumnya turut meneteskan air hujan.
"Pagi, Dinda..." Jaka menyapa istrinya tercinta. Dikecupnya kepala sang kekasih hati itu dengan penuh sayang.
"Pagi..." Rara bergeming, lebih memilih untuk memanjakan matanya dengan bumi yang basah di luar jendela, ketimbang melihat suaminya.
Tapi itu tidak membuat Jaka hilang hasrat. Istrinya itu pasti sedang dalam masa suburnya. Tubuhnya mengeluarkan aroma khas yang ditangkap Jaka -yang sudah sekian lama menyelinap ke dalam memori bawah sadarnya, yang rasanya setiap saat mampu meningkatkan kadar testosteronnya. Ia memeluk sang istri dengan lebih erat.
"Jangan nakal!" Rara memperingatkan. Paham benar ia, maksud pelukan suaminya.
"Hahaha..." Jaka memindahkan tangannya dari lelukan pinggang sang istri dan mengangkatnnya ke udara, memberi tanda menyerah. "Kalo sama kamu, maunya nakal terus... Gimana dong?" akunya pasrah.
Kejujuran itu menggelitik hati Rara. Dibalikkannya badan, menghadap Jaka. "Hihi... Kamu baru aja pulang semalem, dan akunya keburu ngantuk dan ketiduran. Pagi ini udah dijudesin lagi. Ngopi dulu sana, daripada pusing gara-gara aku," sang istri itu tertawa-tawa.
"Kalo ngga dibawa pusing, gimana?" Jaka tersenyum, "Dibawa rileks aja..."
Rara tertawa lagi. Kekasih hatinya itu memang selalu dalam kondisi meditatif saat menghadapinya. Seakan tau benar, bahwa wanita itu hampir selalu menggunakan intuisi, ketimbang logika. Bahwa kata-katanya yang "selalu benar" itu adalah sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Satu kalimat untuk membantah, akan digunakannya untuk memulai argumen berikutnya. Sungguh tidak berdaya Jaka, untuk argumen panjang dan melelahkan itu.
Sama tidak berdayanya saat tubuh Rara secara alamiah menguarkan wangi itu -wangi yang membuatnya bertekuk lutut dalam libido yang memuncak. "Heran aku, kalo sama kamu bawaannya jail aja..." akunya lagi, dengan kepasrahan ganda.
"Loh, emang sama yang lain gimana?" Rara menyerangnya.
Menyadari kesalahannya dalam memilih kata, Jaka langsung memasang kondisi meditatifnya lagi. Perlu kesadaran penuh yang nihil emosi untuk menjawabnya. "Tidak ada yang lain," katanya perlahan, "Sama kamu, dan hanya sama kamu aku bisa nakal begini."
Kembali Rara tertawa -sang suami itu berhasil menenangkannya. Serta-merta, memanfaatkan momen, Jaka melakukan manuver lagi. Dikecupnya kepala istrinya, dihirupnya dalam-dalam aroma natural sang kekasih hati karena konon hormon daya pikat seksual itu memancar kuat dari cakra Sahasrara. "Jadi mau, ya, dinakalin?" katanya dengan suara serak mendamba.
Rara menggelinjang karena jari-jari yang menggerayanginya. Seketika, rintik hujan yang menenangkan menjadi saksi meleburnya dua jiwa lagi...
Aw...Aw.. Aww.. Maaak!
BalasHapusAku larut dalam pelukan eeh..
Jadi, mak putu mau dinakalin aku gaa?
Wahahaha, teh Nchieee, nakal ah!
HapusHahhaha bacanya sambil senyum2, tapi suamiku ngga pernah bilang Dinda kayak Jaka sih, mangginya Neng hahahha
BalasHapusNeng Sandra *kedipkedip
Hapusauto ngeganti "dinda" jadi "beb" :))
BalasHapusQiqiqiq, boleeeh, apa yg ga boleh buat bebeb susie :D
HapusAww aww... Nakal deh yang nulis wkwk
BalasHapusHarus dicubit yaa, wkwkw
Hapushihihi, kabuur...aku masih di bawah umur.
BalasHapusHayaaah, qiqiiqiq
HapusAduuuh, ini aku bacanya sampe merona-rona. Awwww... malu :)))
BalasHapusKalau semua suami bisa meditatif kayka Jaka, pastinya adem ayem ya rumah tangga hehehe
BalasHapusKenapa aku jadi inget webtoon "Pasutri Gaje" ya. Nakal-nakalnya mirip kek gini tapi pake gambar 😂
BalasHapusbaper deh ..... :D
BalasHapusAaaw maluuu bacanya hihi, jadi kangen suamiiik hehe
BalasHapusDeuh harus ditulis 17 thn ke atas gitu..biar anak2 ga pada baca hahaha..
BalasHapusWangi badan (yg alami tapi bukan bau badan wkwkwk) emang enyaakkkkk! Wangi suami ama anak tuh wedew mantap
BalasHapusTeteeeeh,
BalasHapusGimana ini malah jadi ngebayangin hahaha
*anaknya mudah terlena*
Wangi feromon :)
BalasHapusDuh, Jaka ini manis banget sih....
Rara dan Jaka ini manis-manis kisahnya :)
BalasHapus