[] Bilik Menulisku: SINTA, Sistem Izin Terpadu untuk UMKM

Minggu, 19 November 2017

SINTA, Sistem Izin Terpadu untuk UMKM



Decoupage by Ati Rahmawati, S.IP, M.E

Siang yang mendung, dan saya asyik mendengarkan penjelasan dari ibu Ati Rahmawati, S.IP, M.E tentang kerajinan tangannya di sebuah pojokan di Kampus PKP2A I LAN, Kiara Payung, Jatinangor, kemarin. Boothnya yang bernama Decoupage menempati sisi kiri pintu masuknya. Sebuah booth yang memamerkan teknik memotong dan menempel gambar pada berbagai media, yang dipakainya sebagai salah satu peserta UMKM dalam acara 'Kampanye Nasional Reformasi Pelayanan Peizinan UMKM Dalam Mendorong Daya Saing Daerah'. 

Senyum manis tak lepas dari wajah ibu yang ternyata adalah Kepala Bagian Administrasi Lembaga Administrasi Negara, Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur I. Jarinya menelisik sebuah tas berbahan kulit dan rotan, di mana teknik decoupage yang menjadi andalan usahanya diterapkan. Sungguh sebuah tas dengan tempelan gambar pemandangan yang cantik!


Setelah menjelaskan tentang tas, ia beralih ke hasil karyanya yang lain. "Yang ini tiga dimensi.", katanya seraya mengambil sebuah kanvas bergambar bunga dan burung yang indah. Saya menelitinya. Ya, kelopak-kelopak bunganya disusun rapi di atas kanvas, begitu juga dengan burungnya. "Memang bisa diaplikasikan di media apa saja.", katanya menjawab rasa heran saya.

Saya melirik ke berbagai benda dengan gambar-gambar lainnya. Ada dua buah piring kaca dengan gambar bunga-bunga yang manis, ada peti perhiasan yang bernuansa ekletik. Tangan saya menjulur ke dua buah talenan yang bergambar pemandangan ala negara Eropa. Gambar bunganya sangat romantis! Saya juga tak tahan untuk menghiraukan dua buah kanvas bujur sangkar yang masing-masing bergambar gadis cilik. Aih, saya yakin, walau wajahnya tidak terlihat, namun gadis-gadis itu pasti sangat cantik!

Gambar-gambar itu berasal dari lembaran-lembaran tissue yang bermotif, atau sering juga disebut sebagai tissue motif decoupage. Motifnya beragam, ada pemandangan, bunga, angsa, yang sangat vintage. Saya suka! Dari lembaran tissue itu, melalui tangan lentik dan kesabaran bu Ati, gambarnya berpindah ke berbagai media, seperti piring, kanvas, tas rotan, kotak tissue, dan sebagainya. Betapa inginnya saya memboyong semuanya dan memajangnya satu persatu di dinding rumah. "Duh, dijual ngga, ya?", goda ibu Ati dengan tawanya yang renyah saat saya menanyakan harganya.

Sebuah tas dibanderolnya dengan harga 300.000 ribu Rupiah, sedangkan yang lain, ia masih bingung menentukan nominal yang pas. Karyanya memang belum terlalu banyak. Rata-rata masih berupa koleksi pribadi karena ia baru memulai usahanya tersebut. "Buat bekal usaha nanti saat pensiun.", ia mengutarakan cita-citanya. Ibu Ati juga menawarkan saya untuk belajar darinya. Ia bahkan bersedia membagikan ilmunya ke banyak kalangan, termasuk anak-anak panti asuhan, dengan tanpa biaya. Sungguh seorang perempuan tangguh yang teladan, ya? Ibu Kartini zaman now yang mengabdikan diri pada keluarga, pekerjaan, juga masyarakat!

Mau menjadi seperti ibu Ati? Yang bisa berkarya dan mendapatkan penghasilan? Yuk, ber-UMKM!

Ibu Ati adalah salah satu dari 56,7 juta pelaku UMKM di Indonesia yang kemarin datang dan menempati banyak booth yang tersebar di acara 'Kampanye Nasional Reformasi Pelayanan Peizinan UMKM Dalam Mendorong Daya Saing Daerah' Sabtu, 18 November 2017 kemarin. Mereka hadir untuk memberitahu kepada semua tentang eksistensi mereka, sebagai pelaku industri mikro-kecil-menengah yang turut meramaikan jagad perekonomian nasional.

 Peserta UMKM yang hadir untuk memajang hasil usaha mereka

Pelaku-pelaku industri tersebut turut berkontribusi dalam Produk Domestik Bruto sebanyak 3,74% dalam mensejahterakan bangsa, loh! Usaha-usaha seperti ini memang sangat potensial dalam menggiatkan ekonomi negara, dan ikut membantu pemerintah dalam memberdayakan sumber daya manusia (menurut data, UMKM mampu menyerap 90,12% tenaga kerja nasional). Sayangnya, produk-produk UMKM itu memiliki daya saing rendah di mata bangsa, hingga banyak terjadi kebocoran dengan fenomena banjirnya produk-produk luar negri.

Selain daya saingnya yang rendah, sebanyak 60% pelaku UMKM ini belum memiliki izin. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, seperti rendahnya pengetahuan tentang sistem perizinan, proses yang berbelit-belit, hingga biaya yang tidak sedikit. Tak heran bila orang-orang di belakang industri tersebut jadi acuh terhadap perizinan.

Padahal, dengan memiliki izin yang jelas akan banyak manfaatnya, selain hanya terdaftar secara legal atas usahanya. Misalnya saja, pemerataan jenis usaha, kemungkinan untuk 'naik kelas' dengan berbagai program binaan dan keikutsertaan dalam bermacam komunitas, perluasan usaha dengan kemudahan pinjaman modal, dan lain sebagainya.

Bapak dan Ibu Perancang Policy Paper 'SINTA'

SINTA pada Pelatihan Reform Leader Academy (RLA) Angkatan VIII, di PKP2A LAN I, Kiara Payung, Jatinangor

Untuk itulah, sejak bulan Juli sampai pertengahan November ini, 12 instasi negara bersatu untuk menggodok sebuah sistem terpadu yang efektif untuk masalah perizinian ini. Ke 12 stake holders tersebut adalah:

Kementrian Dalam Negri, Kementrian Keuangan, Kementrian Perdagangan, Kementrian Perindustrian, BUMN, Kementrian Pariwisata, Kementrian Informatika, LAN, LIPI, Badan Kordinasi Penanaman Modal, Kepolisian RI, dan Pemprov Lampung.

Hasilnya adalah sebuah Policy Paper 'Reformasi Pelayanan Perizinan bagi UMKM dalam rangka meningkatkan Daya Saing Daerah'. Polici Paper ini memberikan gambaran tentang permasalahan-permasalahan umum yang menghambat peningkatan daya saing daerah, terutama mengenai Perizinan. Dari sana terbentuklah sebuah Sistem Izin Terpadu untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah, atau SINTA UMKM.

SINTA ini telah dipresentesaikan pada staff Kepresidenan, dan pada acara kampanye tersebut, akan juga dipresentasikan di hadapan tamu undangan, beserta beberapa kawan media termasuk Blogger. Selain para tamu, event tersebut juga menghadirkan lima nara sumber, yaitu, bapak Ahmad Dading Gunawan dari Bappenas, bapak Teguh Wijanarko dari Kemenpan, bapak Agung Setyabudi dari BRI, bapak Agung Suryamal dari KADIN, dan bapak Hari Nugraha sebagai tuan rumah, yaitu Kepala PKP2A I LAN. Harapannya, sistem ini dapat segera diaplikasikan agar bisa secepatnya membantu para pelaku UMKM. Kira-kira, begini tampilan SINTA pada laman websitenya:



Dengan SINTA ini, semoga para pelaku UMKM akan lebih mudah mendaftarkan unit usahanya untuk maju bersama dalam perekonomian nasional. Maju dengan daya saing yang lebih baik, demi kesejahteraan masyarakat yang juga lebih baik. Bangsa yang baik adalah yang menghargai buah karya rakyatnya sendiri, bukan?

Terima kasih atas undangannya, semoga SINTA dapat menjawab keresahan masyarakat yang sedang berikhtiar berbagi karya dan mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera.

Oya, mengenai decoupagenya,  ibu Ati Rahmawati akan dengan senang hati berbagi ilmu kepada siapa saja untuk sama-sama berkarya dengan teknik itu. Ilmunya itu akan dishare tanpa biaya, apalagi bagi saudara-saudara yang kurang mampu (seperti anak-anak di Panti Asuhan) atau komunitas ibu-ibu yang ingin berkarya dan berpenghasilan. Bila ada yang berminat, baik pribadi maupun komunitas, sila hubungi ibu Ati di nomor dan email berikut, yaa!

Ati Rahmawati, S.IP, M.E
Telepon Genggam: 082126117675
Email: alisha_300505@yahoo.co.id

Salam dari (beberapa dari) kami yang diundang dalam kampanye SINTA

17 komentar:

  1. Kenalin dunk sinta ma akuh, biar bisa bisnis kcil2an

    BalasHapus
  2. Semoga produk-produk UMKM makin dikenal secara luas dan semakin memberdayakan masyarakat.

    BalasHapus
  3. SINTA ini masih prototype kan tapinya ya, Teh? Masih sidang tahap 1 klo merhatiin acaranya kemaren mah 😂 tapi bagusnya mah luncurin aja lah langsung, kepake pisan aplikasinya buat kami para UMKM, mudah2an SINTA bukan wacana doang.

    BalasHapus
  4. Kepengen belajar decoupage. Aku bakalan telaten gak ya?

    BalasHapus
  5. Keren-keren deh produk UMKM ini. Semoga dengan adanya SINTA, produk-produk kreatif semacam ini semakin menambah daya saing. Dan memicu para pelaku UMKM lain untuk daftar.

    BalasHapus
  6. Keren produk UMKM ini, jadi pengen belajar juga

    BalasHapus
  7. semoga dengan adanya SINTA ini jadi banyak tumbuh UMKM ya Teh, soalnya bermanfaat banget kayanya

    BalasHapus
  8. Penasaran ama decoupage nya tapi belum bisa join hiks

    BalasHapus
  9. Mupeng ingin belajar decoupage nya nih teh.. Suka banget sama motif vintage & shabby chic

    BalasHapus
  10. waaah,teteh asyik banget yah, itu De Coupage teh meuni cantik-cantik gitu, saya mah baru denger

    BalasHapus
  11. Semoga UMKM semakin maju apalagi sudah ada SINTA

    BalasHapus
  12. Semoga lebih lancar ya usahanya, kalau ada sinta ini, perijinan jd lbh mudah

    BalasHapus
  13. akhirnya tahu de coupage itu apa setelah ramai dibicarakan di wa kemarin

    BalasHapus
  14. aku iden baru tahu decoupage hehehe semoga dengan hadirnya sinta para prnggiat umkm makin produktif dan menjamur 👌

    BalasHapus
  15. Wah ini bagus banget. Pelaku UMKM bisa semakin berkembang dengan support seperti ini. Ngomong-ngomong pengen ikutan de coupage juga. Semoga next bisa gabung kalo ada lagi. 😊

    BalasHapus
  16. decoupage-nya keren-keren. Selama ini ngeliat yang diaplikasikan di dompet dan tas doang. Ternyata diaplikasikan di media lain pun keren bangetttt.

    BalasHapus
  17. Saya juga lagi merintis UMKM tapi lebih ke jasa sih :D

    BalasHapus