[] Bilik Menulisku: Yuk, Jadi Pengguna Internet yang Menebarkan Manfaat dan Kebaikan

Selasa, 22 Agustus 2017

Yuk, Jadi Pengguna Internet yang Menebarkan Manfaat dan Kebaikan

"Selamat Ulang Tahun, semoga panjang umur dan sehat selalu."
"Met Milad, sing bahagia sejahtera, ya!"
"Happy birthday, blablabla.."

Beberapa waktu lalu, ucapan-ucapan itu masuk di wall media sosial saya. Tak hanya di jalur publik, doa-doa itu pun masuk melalui jalur pribadi akun-akun komunikasi saya. Tanpa ada yang bertanya, posting-an itu langsung 'ngaburudul di grup komunikasi. Ucapannya copy paste pula, jarang ada yang sudi untuk menulis dengan gaya dan bahasanya sendiri. Hadeuh!

Awalnya tidak terlalu saya tanggapi, hanya ketawa-ketiwi saja mengira bahwa seorang teman ingin menggoda saya dengan maksud minta traktiran. Lucunya lagi, teman-teman lain pun latah mengikutinya, hingga mau tak mau membuat saya merasa risih membacanya. Malu, soalnya hari itu bukan hari ulang tahun saya! 

Setelah konfirmasi sana-sini, saya mulai berpikir. Satu berita ulang tahun saja bisa jadi begitu viral, padahal itu salah, apalagi berita-berita lain yang lebih fantastis ya??

......

Image may contain: one or more people and indoor
Selasa, 22 Agustus 2017, Acara #Kominfo #FlasBlog72RI 
di Granada Room, Hotel Holiday Inn, Bandung

Menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, ibu Niken Widiastuti, ada 10.000 berita datang ke ranah dunia maya per menitnya. Semua berita itu terbuka lebar, siap diakses, dibaca, dimaknai oleh masing-masing pengguna internet. Sayangnya, kecenderungan orang adalah senang membaca berita yang negatif, dengan judul yang fantastis --walaupun isi beritanya bisa jadi melenceng jauh darinya.

Ada fenomena yang bernama 'ten to ninety', bahwa 10% dari berita yang beredar adalah berita bohong, atau hoax. Sisanya yang jauh lebih besar, 90%, adalah berita benar, walaupun 'kebesaran'nya jadi kurang bermakna, karena yang 10% itu lebih merajalela. Padahal, apa yang didapat dari berita-berita bohong itu?

1. Dapat jejak posting-an. Orang bisa jadi lupa apa yang dikatakan orang lain kepadanya, tapi sungguh, internet tidak akan pernah lupa apa yang dituliskan warganya. Jadi, selamanya -setidaknya sampai ada perintah shut down massal internet- berita yang disebarkan akan ada di dinding-dinding media sosial kita. Kelak, anak-cucu kita akan dengan mudah mengakses dan membacanya juga.

2. Dapat mem-viral-kan berita. Sadar atau tidak, setiap klik yang dilakukan akan membuat sebuah posting-an semakin abadi di dunia maya. Sundul, gan!

3. Dapat pahala --bila berita yang ikut dibaca, dipikirkan, disebarkan itu membawa manfaat dan kebaikan. Dan sebaliknya.... Kita yang menentukan.

4. Dapat membuat si pembikin berita semakin kaya. Ini karena memang ada pekerjaan membuat berita-berita bohong. Fake news itu bisa berharga sekian ribu Rupiah setiap kali diklik pembaca. Klik-klik tersebut mengantarkan ratusan juta Rupiah pada penulisnya....

Masih menurut ibu Dirjen, tahun lalu ada sekitar 800.000 situs internet diblokir Kominfo. Situs-situs tersebut terindikasi memuat berita-berita palsu, atau meresahkan dan menyebabkan perpecahan, atau mengandung pornografi. Sungguh, orang-orang di Kominfo itu tau apa yang berseliweran di internet! Tugas mereka adalah memantau setiap kalimat yang tersebar di dunia maya. Ini juga yang menjadi alasan terbesar mengapa Telegram ditutup keberadaannya di Indonesia, karena ternyata, banyak sekali dipakai untuk perekrutan terorisme. 

......

Dulu, ada yang mengatakan bahwa 'Jika ingin menguasai dunia, kuasailah daratan.' Lalu, pandangan itu pindah ke lautan. Kalau menurut pak Habibie, justru kuasailah udara. Saat ini, yang menguasai dunia maya adalah yang berkuasa di bumi. Sedihnya, yang berkuasa di dunia maya sekarang adalah berita-berita negatif. Jenis berita yang kebanyakan isinya hanya kebohongan dan memicu perpecahan. Melupakan bahwa para Founding Fathers Indonesia sudah berjuang jiwa dan raga demi kebhinekaan negeri.

Menurut Bapak Karim Suryadi, seorang pengamat politik yang banyak menulis di kolom-kolom media cetak, yang juga seorang Dosen dan penulis buku, keragaman Indonesia justru layaknya rumput kering yang mudah terbakar. Ibarat syaiton yang panas saat dibacakan ayat suci, rakyat juga cenderung panas dengan berita-berita yang negatif. Padahal taruhannya adalah perpecahan bangsa, menafikkan sesuatu yang susah payah dibela oleh para pejuang kita.

Beliau bercerita, jika saja setiap warga negara mau memakai kacamata sang Proklamator bangsa, Bapak Soekarno, tentu akan melihat setiap entitas di bumi pertiwi ini sebagai Indonesia. Danau Toba bukan lagi danau, Parangtritis bukan hanya pantai, Semeru bukanlah gunung, tapi Indonesia. Kebayang ya, begitu cintanya beliau pada negri yang kaya ini, hingga yang ada di matanya bukan semata keelokan negri, tapi bagian dari bangsanya tercinta, Indonesia.

Demi persatuan dalam keberagaman ini, pak Karim akan sangat bersenang hati untuk menghadiri dan berbicara di berbagai acara yang menjadikan 'Gagasan menjadi Panglima'. Beliau mengajak para penulis di manapun berada untuk tetap istiqamah dalam pekerjaannya menebarkan berita yang benar dan bertanggung jawab. Ini dikarenakan, para pembaca sangatlah loyal, bila sumber berita yang dibacanya senantiasa dapat dipercaya.

Beliau juga berpesan untuk jangan hanya menjadi pengguna media yang mengkonsumsi hanya berita negatif saja, apalagi mengkritik pemerintah tanpa berani mengatakannya langsung di dunia nyata. Ibarat meludah ke langit, hanya akan mengotori muka sendiri saja, karena para pejabat ada di sana mewakili kita. Jadi daripada mengkritik tanpa menyumbang hal positif, lebih baik mendoakan yang terbaik, karena doa yang baik bagi pemimpin berdampak kebaikan bagi seluruh rakyat 

......

Bapak Karim dan Ibu Niken adalah dua dari narasumber acara yang dihelat Kominfo: Flash Blogging, 72 tahun Memperkokoh Kebhinekaan Dalam Membangun Negeri'. Sebuah acara yang mengajak kami, para Blogger di Bandung Raya ini ambil bagian menjadi sang 90% pembuat berita positif yang benar adanya. Nurani kami diketuk untuk menutupi kenegatifan yang marak beredar belakangan ini, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk melestarikan warisan para pembela negeri yang luasnya dari Sabang sampai Merauke, dan yang Ika dalam Kebhinekaan ini.

Sebagai warga negara yang lahir dan tinggal (juga insyaaAllah mati) di Indonesia, tentu saya akan turut berpartisipasi dalam menuliskan berita positif yang menyejukkan. Kelak anak-cucu saya akan membaca apa yang saya jejakkan di dunia maya ini, dan akan turut berbangga hati atas kebaikan yang dikandungnya. Saya tidak ingin mempermalukan keturunan saya dengan posting-an yang negatif atau tidak jelas, yang membawa mudharat bagi mereka khususnya, dan masyarakat pada umumnya. 

Ya Allah, jadikan saya buah kalimat yang baik bagi penerus saya. Aamiin ya rabbal alamin.

#flashblog72RI #kominfo 

4 komentar:

  1. Ini acara keren. Sayang jadwalnya bentrok jadi aku nggak bisa daftar buat ikut.

    Omong2, kenapa ya berita negatif lebih cepat menyebar daripada berita positif? Apa karena orang tersebut beraura negatif dan senang bergosip?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kok kayaknya orang tuh seneng banget denger berita jelek ttg orang lain ya mbak, wkwkwk.... Hadeuuh!

      Hapus
  2. berita jelek lbh menyenangkan dibaca krn memang dr sananya yg baca seneng org lain susah. Atau misalnya haters sm artis tertentu, walau akhirnya dibilang berita itu gak bener tp krn udah benci dia akan lbh percaya hoax

    BalasHapus