Kamis kemarin
ini, pihak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan IWITA
(Indonesia Women IT Awareness) menggelar acara Serempak Roadshow 2017, di aula
mesjid Mujahidin, Bandung. Acara yang bertema ‘Kreatif bersama Serempak,
Literasi Digital Generasi Millenial’ ini cukup seru dan ramai, dan tentu saja,
banyak pelajaran yang bisa didapat!
Apa itu
Serempak?
Serempak adalah
sebuah “Portal Interaktif yang memberikan fasilitas diskusi (media komunikatif)
terkait pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, yang dipandu oleh
pakar-pakar di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.”
Selama ini, Serempak
sudah sangat berperan dalam pemberdayaan perempuan, dengan meyebarluaskan
informasi program-program pengembangan, baik yang bersifat government atau
non-government. Serempak juga bertindak sebagai wadah kerjasama para penggiat
pengembangan sosial, khususnya untuk perempuan dan anak-anak. Selain itu,
Serempak pun turut mempercepat pengembangan pemanfaatan teknologi untuk para
perempuan.
Serempak memiliki
misi untuk
‘Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan TIK untuk
perempuan, sehingga dapat lebih produktif dalam semua sisi kehidupan
sehari-hari.'
Oya, sebagaimana
layaknya sebuah portal, Serempak.id juga menerima semua tulisan mengenai
perempuan dan anak-anak loh. Yuk, ikut menyumbangkan ide dan saran dalam bentuk tulisan di Facebook page -nya!
Pembicara di
Roadshow Serempak 2017
Tamu-tamu yang
diundang tentu saja para perempuan yang sudah malang-melintang dalam berbagai
program demi memajukan perempuan dan anak. Mereka ini seakan dihadirkan di bumi
sebagai utusan Tuhan untuk memberdayakan kaumnya. Layaknya ibu Kartini,
tamu-tamu undangan ini berani mengutarakan pendapat dan selalu semangat untuk
memajukan perempuan. Para perempuan keren nan hebat itu adalah:
Ibu Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Prof. DR. Yohana Susana Yembise, Dip.Apling, MA
Ibu
Yohana datang sebagai pembicara terakhir, namun tentu saja kata-katanya sangat
dinanti. Beliau lebih berbicara dalam kapasitasnya bukan sebagai mentri. Mantan
dosen Universitas Cendrawasih itu lahir di Manokwari, Papua 58 tahun tahun lalu. Beliau adalah perempuan Papua
pertama yang sampai di jajaran tertinggi Republik ini.
Sehubungan dengan bidang literasi, ibu Yohana menyatakan
kekhawatirannya mengenai segala kemudahan dunia digital saat ini. Mudah,
sekaligus juga rawan dengan plagiasi. Sebagai yang pernah mengalami kuliah di
masa lalu, beliau paham benar bagaimana rasanya membuat tugas akhir (skripsi
atau thesis). Dulu, ibu tiga anak itu sangat menikmati masa-masa membaca buku
untuk mencari referensi. Walau harus berjam-jam menghabiskan waktu di
perpustakaan, beliau tetap semangat melahap kalimat-kalimat yang membantunya
membuat teori-teori baru. Itulah sebabnya ia begitu takut akan kemudahan
digital ini. Takut para mahasiswa dengan mudahnya membuat tugas akhirnya
berdasar referensi dari internet. Apalagi yang tanpa mencantumkan sumber,
sedangkan narasumber penting sekali dalam mendukung teori.
“Bacalah buku, buat teori sendiri, cantumkan sumber.”,
begitu
beliau berpesan. Semoga generasi millennial kita cukup sadar dan berhati besar
untuk mengikuti sarannya, ya!
Ibu Asisten
Deputi Kesetaraan Gender Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Kementrian
PPPA, Ratna Susianawati SH. MH
Ibu Ratna menjelaskan program-program yang telah dilaksanakan
pihak Kementrian dalam hal meratakan jaringan internet di seluruh wilayah
Indonesia. Terutama di wilayah timur dan daerah perbatasan, pemerintah turun
tangan dalam membangun jaringan-jaringannya, seperti BTS, Fiber Optic, bahkan
satelit.
Kita yang berada di wilayah barat memiliki fasilitas yang
memadai untuk maju dan berkembang bersama internet, namun ada wilayah-wilayah
yang tidak terjangkau oleh para perusahaan operator komersil, hingga kebanyakan
dari mereka masih buta karena tidak mengenal internet. Doa kami semua bersama
para pemimpin yang senantiasa berdiri di atas sana untuk memajukan rakyat yang
di bawah, ya bu!
Para Narasumber
Ibu Ketua Pokja Serempak, Founder IWITA, Martha Simanjuntak, SE. MM
Menurut
Ibu Martha, dalam sebuah survey di tahun 2015, perempuan menguasai 51% pengguna
internet di Indonesia. Namun demikian, tentu saja kita –perempuan- dituntut
untuk selalu bijak dalam penggunaannya, karena kita adalah Madrasah utamanya
anak-anak. Internet oleh para perempuan bisa saja digunakan untuk mencari
pekerjaan dan menghasilkan uang, atau dipakai untuk mencari berita-berita
gossip saja. Internet di tangan perempuan juga bisa digunakan untuk share
tips-tips positif seputar dunia wanita, atau hanya dipakai untuk berbagi
curhat. Hehehe, perempuan banget yaa! Maka dari itu, Ibu Martha berpesan,
antara lain:
Jika
sedang marah, buang saja hapenya ke tempat tidur, karena akan cenderung curhat
di media sosial. Sebaliknya, jika sedang bahagia, sila share banyak tulisan,
karena mood-nya sedang baik. Dan, tolong fokuskan untuk men-share hanya pada
kemampuan yang dikuasainya saja (seperti memasak, menjahit, dan sebagainya),
daripada meng-copy paste isu-isu tidak jelas. Siap, bu!
Ibu Penggiat Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, Founder IIDN dan Sekolah Gratis Bandung, Indari Mastuti
Ibu
Indari Mastuti merupakan salah satu perempuan Bandung yang sibuk. Beliau banyak
sekali meluangkan waktunya demi pemberdayaan perempuan dan anak. Dimulai dari
mendirikan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, beliau mengembangkan sayapnya untuk
menaungi berbagai komunitas lain yang tentunya melibatkan perempuan dan anak.
Dalam
lingkungan rumahnya di bilangan M. Toha, Bandung, beliau berupaya segala cara
untuk merangkul segala sisi kehidupan. Tidak berhenti di mengajari ibu-ibu
menulis dan membuat buku, ibu Indari juga melirik para dhuafa di sekelilingnya
dan mengajak masyarakat untuk berbagi. Selain itu, teteh yang cantik ini juga
mendirikan Sekolah gratis, yang turut serta dalam membantu perkembangan
anak-anak yang memiliki masalah. SubhanAllah, teh Indari, semoga langkahnya
semakin jauh ke depan dan selalu dimudahkan, ya!
Ibu Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bandung, Andalusia Neneng Permatasari
Ibu
Dosen ini bercerita tentang literasi dalam dunia digital. Menurut pandangannya sebagai seorang dosen yang kesehariannya 'bergaul' dengan para mahasiswa/i, kolaborasi begitu penting. Jajaran pengajar juga yang diajar harus saling kerjasama demi menciptakan dunia literasi digital yang mendukung perkembangan generasi millenium.
Beliau juga menampilkan sebuah video mengenai kegiatan si cantik Emma Watson yang suka diam-diam menaruh buku di terminal atau stasiun supaya ada orang yang tertarik, mengambil, lalu membacanya. Buku-bukunya tentu saja kebanyakan tentang feminisme, bidang yang sangat dicintai demi pemberdayaan perempuan oleh sang aktris Hollywood yang berbakat ini. Harapannya adalah semakin banyak perempuan yang suka membaca, lalu mengamalkan bacaan ke seluruh dunia. Ini salah satu bentuk kolaborasi juga, loh! Way to go, adek Emma!
Beliau juga menampilkan sebuah video mengenai kegiatan si cantik Emma Watson yang suka diam-diam menaruh buku di terminal atau stasiun supaya ada orang yang tertarik, mengambil, lalu membacanya. Buku-bukunya tentu saja kebanyakan tentang feminisme, bidang yang sangat dicintai demi pemberdayaan perempuan oleh sang aktris Hollywood yang berbakat ini. Harapannya adalah semakin banyak perempuan yang suka membaca, lalu mengamalkan bacaan ke seluruh dunia. Ini salah satu bentuk kolaborasi juga, loh! Way to go, adek Emma!
......
Saya senang sekali kemarin dapat kesempatan untuk bertemu dan mendengarkan kisah super women di atas. Sebagai seorang perempuan, dan ibu dari anak-anak yang tidak dapat melarikan diri dari ke-digital-an, saya akan berusaha sejalan dengan yang dipesankan oleh para narasumber yang ahli di bidangnya tersebut. Doa saya ada untuk semua perempuan Indonesia agar lebih bijak dan cerdas dalam berliterasi digital demi generasi millenial yang lebih baik!
Salam,
Lengkap banget resume dari kegiatannya mbak, meskipun saya tidak berhadir dalam kegiatan itu, tulisan mbak sudah bisa ditarik kesimpulan dari beberapa narasumber di atas. Terima kasih mbak :)
BalasHapusSama-saa.. Terima kasih juga sudah mampir yaa
HapusAmiiin..hidup perempuan digital millenial!
BalasHapusYeaaay! Doaku juga menyertai para relawan TIK Bandung! ^^
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGo go go superwoman!!
BalasHapusGo go teh Lintang ^^
HapusSaya suka pemaparan ibu andalusia, sayang cepet pisan euy. Asa kurang. Ehehehehe. Teh indari aktif pisan ya, produktif banget. Wow contoh tauladan bagus nih perempuan2nya.
BalasHapusIya ibu Dosen buru-buru amat jelasinnya yaa.., padahal seru ^^
Hapus