Seperti yang diketahui, buku adalah jendela ilmu. Tanpa buku, tidak ada ilmu. Well, sebenernya pasti ada siy, ilmu berdasarkan pengalaman yang tersimpan rapi dalam memori otak. Tapi kan, bakalan lupa kalo ngga dicatet alias dibukukan... *hmm, memangnya, memori otak manusia bisa menampung berapa byte ya..?
Buku juga merupakan jendela dunia. Tempat kita belajar tentang, 'nebeng' berjalan-jalan ke, bahkan merasa tinggal di, dunia luar. Luar dari tempat kita sekarang. Belajar tentang karakter, budaya, kuliner, dan lain-lain, jalan-jalan ke berbagai daerah wisata, atau malah merasa tinggal di suatu tempat yang kita baca dari buku (kalau saking khusyuk/menghayati bacaannya). Tanpa buku, jendela kita mungkin hanya memperlihatkan tembok, rumput, sama jemuran tetangga.....
Pengalaman (hampir) gratis itulah yang mau saya perkenalkan ke anak-anak. Tidak tanggung-tanggung, 'ngenalinnya sejak mereka masih 'ngendon di kandungan, alias jaman hamil, huahahaha! Ya, sedini mungkin, saya bersedia mengajak anak-anak ke dunia luar melalui buku :)
Question : Hasilnya??
Answer : ..... (ini bukan jawaban pilihan ganda ABCD, tapi memang jawabannya saya bagi jadi empat tema yaa ^_^ )
A. Anak-anak lebih cerdas secara emosional (Emotional Quotient)
Reading soothes the soul. Mungkin itu yang cocok untuk menggambarkan betapa buku itu berhubungan dengan kecerdasan emosional. Membaca itu menenangkan jiwa. Eh tunggu... Ya memang tergantung bacaannya siy, kalo baca buku horor ya jelas ngga ada tenang-tenangnya blass! Lah tapi, membaca buku bagi anak-anak ya jelas menenangkan. Kenapa? Karena mereka jadi anteng. Hihihihihi... Yah, selain anteng alias ngga pecicilan, mereka juga terisi jiwanya dengan kisah-kisah bernilai moral baik, terisi otaknya dengan kosa kata baru, pemikiran baru, cara pandang baru, terisi hatinya dengan sensasi baru, pengalaman baru, penjelajahan baru...
Buku-buku yang turut membantu memberi nilai moral, mengisi jiwa...
B. Lebih cerdas secara intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan otak dalam berpikir secara bermakna untuk memecahkan suatu masalah. Kecerdasan intelektual mencakup kemampuan mengolah angka, penguasaan kata, arti verbal, memori, bernalar, ruang/jarak, dan kecepatan perseptual. Kecerdasan intelektual atau Intelegence Quotient (IQ) seseorang dapat diketahui melalui tes psikologi. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik diduga mudah untuk mencerna informasi, informasi yang diterima dapat disimpan dan diolah pada waktu yang tepat, dan pada saat yang dibutuhkan dapat diolah dan diinformasikan kembali.
Dalam kegiatan membaca tentu terdapat proses berpikir. Salah satu jenis membaca adalah membaca kritis, membaca kritis adalah kegiatan membaca yang melibatkan proses analisis dan evaluasi serta menuntut pembelajar memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap kualitas isi dan style teks yang dibaca berdasarkan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini tentu kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap kegiatan membaca kritis ini.
sumber : Faiziya Zulfa
Nah, tanpa perlu pengantar lagi, sudah jelas bukan, bahwa ada hubungan signifikan antara membaca dan cerdas secara intelektual? :)
Buku-buku pengetahuan, ada yang dilengkapi dengan CD Interaktif,
mengarahkan anak-anak untuk berpikir sambil bermain
C. Kedekatan dengan ibunya
Yang ini juga jelas bingits. Bagaimana tidak? Setiap kali membacakan cerita, tentu ada banyak obrolan, pelukan, ciuman, belaian kasih sayang. Sesudahnya, bobo deh, sambil ngelonin anak-anak, hmmm... ^_^ Semua itu yang suatu saat nanti akan kembali terbayang di benak mereka, betapa menyenangkannya momen itu. Dan membayang juga di pelupuk mata kita saat usia senja nanti, betapa memeluk dan menciumi mereka dengan penuh kasih sayang itu adalah hal yang terindah!
Yang ini juga jelas bingits. Bagaimana tidak? Setiap kali membacakan cerita, tentu ada banyak obrolan, pelukan, ciuman, belaian kasih sayang. Sesudahnya, bobo deh, sambil ngelonin anak-anak, hmmm... ^_^ Semua itu yang suatu saat nanti akan kembali terbayang di benak mereka, betapa menyenangkannya momen itu. Dan membayang juga di pelupuk mata kita saat usia senja nanti, betapa memeluk dan menciumi mereka dengan penuh kasih sayang itu adalah hal yang terindah!
Buku 'A kiss goodnight' dan 'Me and my Dad' itu sangat membantu 'bonding'
D. Koleksi buku yang buanyaaak!
Nah, kan, saking demennya ngenalin buku ke anak-anak, saya jadi hobi ngumpulin buku anak. Saya juga sekalian mau urun ngasih contekan niy, tentang variasi buku untuk para buah hati tercinta.
Untuk si adik Raynor yang usianya masih 3 tahun, saya suka memberinya buku-buku yang bergambar. Bagi toddlers, gambar itu menyenangkan, dan tulisan membosankan. Jadi sebaiknya, mereka diberi buku dengan teks sesedikit mungkin, karena kalau 'dijejali' dengan buku dengan banyak tulisan, mereka tidak tertarik dan malah jadi keburu malas. A picture speaks a thousand words. Gambar bisa bercerita dengan sendirinya, tanpa harus disertai banyak tulisan bukan? Dan begitulah, dengan sebaris-dua baris kalimat yang tercetak, buat si adik, ceritanya jadi banyak. Sisanya dia karang sendiri, hihihihi...
Ini foto Raynor dengan buku-buku favoritnya : buku Winie the Pooh yang imut, yang pas digenggam tangannya yang masih mungil. Buku itu buku (1) flip-flop alias buka tutup. Misalnya ada gambar Pooh memegang kenop pintu lemari, lalu ternyata lemarinya bisa dibuka karena kertasnya dobel (dibawah gambar lemari ada gambar sederetan baju/isi lemari). Juga buku (2) pop-up alias muncul. Ada lembaran yang muncul membentuk gambar 3 dimensi (dan bukan hanya 2 dimensi) kalau halamannya dibuka.
Buku Flip-flop dan Pop up
Buku Puzzle, buat utak-atik
Buku Bambi dan Tiga Babi Kecil diatas menceritakan para hewan itu dengan 6 potong gambarnya yang bisa disusun. Awalnya, kisahnya tidak terlalu diperhatikan, karena ia sibuk mencopot dan memasang kembali gambarnya. Tidak mengapa, yang penting dia senang ^_^
Majalah 'bermain dan belajar' serta buku contoh prakarya
Majalah-majalah itu saya beli di emperan, di tempat jual buku-majalah bekas, Harganya sekitar 3-4 ribu untuk satu majalah. Memang bekas, tapi cari saja yang belum terlalu banyak diisi oleh pemiliknya dulu, jadi masih bisa diwarnai, ditulisi, dan dipelajari. Ini dalam rangka ngga mau rugi, karena majalah baru harganya lumayan mahal dan hanya bisa terpakai sekali (pasti habis dicorat-coret!). Buku-buku prakarya itu juga sangat membantu. Beberapa hasil karya Kekey sampai dapat nilai terbaik di kelasnya karena 'mencontek' dari sana, hihi...
Sedangkan Kayla, kakaknya, sudah mulai mau membaca buku yang sedikit gambar-banyak narasi, karena usianya sudah 7 tahun lebih sedikit. Dengan asyiknya, ia akan 'mojok' di sofa, atau di kasurnya, sambil ketawa-ketiwi sendiri membolak-balik lembar bacaan. Koleksinya bertambah banyak, mulai dari ensiklopedia, buku cerita perjalanan para Rasul Allah, sampai novel-novel anak yang lucu maupun sedikit horor. Beberapa novel malah pengarangnya masih anak-anak loh! Dan ini menginspirasi Kayla untuk ikut menulis. "Kekey mau bikin novel juga ah!", katanya sumringah. Ayo nenk, mulai nulis! ^_^
Melukkin buku-bukunya yang berharga ^_^
Nah kan, karena mambaca, si bungsu jadi lebih cepat belajar, lebih mudah memahami sekitar. Dan berkat membaca, bagi si sulung adalah : satu bakat tergali, memanggil dan menggelitik hati... :)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away 'Saat Tumbuh Kembang Balitaku Balitamu'
Koleksi bukunya banyak bangett, moga jadi anak yang cerdas, berakhlaq mulia semuanya ya mak :)
BalasHapusAamiin. Tengkiu mak ^^
Hapus