Saya penggemar berat kata-kata mutiara, jauuuh sejak zaman bersekolah dasar dulu. Saat itu, paling suka kalau disuruh mengisi buku notes teman, yang biasanya terdiri dari informasi tentang : Nama, Alamat, Hobi, dll, dan yang terakhir : Kata Mutiara. Belum ‘jamannya’ berbagi data tentang nomor telepon, alamat email, facebook, twitter, apalagi pin BB. Dan kala itu, kata-kata mutiara sangat terbatas, belum berkembang seperti sekarang. Jadi, paling saya dulu biasa menulis,
“Kejarlah cita-citamu setinggi langit”, atau, “4x4=16, sempat tidak sempat, mohon dibalas”. Halah… *tutupmuka*
Sekarang, saat membuka akun di beberapa sosial media, kata-kata mutiara langsung ‘mrudul’. Bertaburan mengantri untuk dibaca. Dan saya betah berlama-lama memandanginya, membaca, dan menyimak baik-baik makna yang terkandung di dalamnya. Kadang tersenyum sendiri sambil mengangguk-angguk mengiyakan, kadang memonyongkan bibir karena merasa tersindir. But overall, those wise words inspire me a lot!
Seuntai
kalimat yang ada di page bapak
Paulo Coelho diatas adalah salah satu yang membuat saya tersenyum kecut.
Katanya, kesuksesan itu adalah bisa tidur tiap malam dengan jiwa yang damai.
Padahal, saya sering tidur dengan pikiran kalut. Ruwet dengan kecemasan,
kebimbangan, kegalauan, bahkan penyesalan. Tentang orangtua, anak, suami,
kerjaan, aktualisasi diri, uang, pakaian, rumah, dsb-dsb-dsb. Ah, sungguh tidak
enak sekali rasanya membawa-bawa ‘hawa buruk’ ke dalam istirahat malam.
Berdasar
itu, saya mulai mencari-cari cara untuk tenang. Bukan apa-apa, saya ‘ngga mau
lama-lama jadi ‘orang setres’, yang
tertekan oleh pemikirannya sendiri, baik untuk hal-hal yang belum, atau sudah
terjadi. "Terlalu khawatir", atau "Kebanyakan mikir yang
engga-engga", begitu kata suami saya, kalau sudah melihat kening saya
mengeriput. Padahal, masih banyak hal yang pantas disyukuri, kan, daripada
dikhawatirkan. Seperti kalimat yang diucapkan oleh Master Shifu di film kartun
Kung Fu Panda,
"You are too concerned about what was and what will be. There is a saying : Yesterday is history, tomorrow is a mystery, and today is a gift. That is why it is called the 'present"
image : dreamworks.wikia.com
Kamu
terlalu khawatir tentang apa yang sudah (terjadi) dan apa yang akan (terjadi).
Ada kalimat :
Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, dan hari ini adalah anugrah. Itulah mengapa (hari ini) disebut 'hadiah' -dalam bahasa Inggris, today = present day, dan gift = present (hari ini/anugrah/hadiah).
Nah,
kaaan... Jadi saya pingin mensyukuri sang 'present' itu. Ingin mensyukuri hari
ini, anugrah ini, hadiah ini dariNya. Saya ‘ngga mau terus-terusan bangun tidur
dengan mata yang berat untuk dibuka, dan badan yang malas untuk diajak gerak.
Bahkan, pikiran pun langsung otomatis meng-‘upload’ pikiran-pikiran
negatif yang sudah semalaman dipikirkan. Masa, tidur dengan pikiran jelek,
bangun juga dengan pikiran jelek? Mau dibuat jelek seperti apalagi muka dan
hidup saya ini??
Lagipula,
saya punya orangtua yang selalu support, suami yang pengertian, anak-anak yang
sehat dan cerdas, rumah yang layak ditinggali, teman-teman yang baik… Well, baiklah, saya mau ‘ngaku aja. Orangtua
kadang bersikap menyebalkan, suami seakan kurang perhatian, anak-anak mulai
beranjak besar, yang banyak tanya dan ingin mencoba ini-itu yang bikin
berantakan, rumah yang titik-titik, teman yang titik-titik-titik…
Tuh,
saya sudah coba untuk jujur, kan... Jangan keburu men-judge buruk yah, karena pengakuan itu
merupakan bagian dari terapi untuk menyembuhkan jiwa. Nah, itu dia. Saya butuh
penyembuhan jiwa. Dan langkah pertamanya adalah pengakuan, dan mencoba berdamai
dengan keadaan. Itulah kenapa saya jatuh cinta pada kata-kata mutiara. Selalu
menenangkan jiwa dan pikiran, dan membuat saya yakin bahwa pasti ada hikmah
yang bisa diambil di dalam setiap kejadian.
Lalu,
terbaca oleh saya satu wisdom quote lagi.
“The moment you accept that there’s a guidance system supporting you, then you experience a new sense of freedom and peace.” ~ Gabrielle Bernstein
Saat
kita menerima bahwa ada sistem panduan yang mendukung, maka kita akan mengalami
perasaan baru tentang kebebasan dan kedamaian.
Iya,
benar. Benar bahwa ada yang selalu menjaga kita, men-support kita, memandu kita dalam setiap langkah kehidupan.
Dengan keyakinan pada Tuhan, pasti segalanya jadi indah, tenang, dan
aman. Just let us do the best, and let God
do the rest. Betul?? Jadi, kenapa hidup mesti dipusingin?!? Pinter
ya, saya?
Sebentar…
tapi itu baru teori. Prakteknya yang sulit. Memangnya gampang, melakukan
sesuatu sebaik mungkin, lalu menyerahkan sisanya pada kehendak Tuhan? Saat doa
saja sering terlupa, dan ikhtiar sering terasa berat, apalagi berpasrah?
Hadeuh… *garukjidat*
Kemudian, terjadilah pertemuan itu. Pertemuan yang
membuat saya semakin percaya, bahwa ternyata memang segala sesuatu yang
betul-betul diinginkan, entah bagaimana caranya, terjadi. Padahal, saya ‘cuma’
memikirkan, berdoa minta dikabulkan, lalu ikhtiar (seadanya) dengan searching di internet. Eeh, tiba-tiba ada pemberitahuan tentang
Free Talk Sejenak Hening oleh mas Adjie
Silarus. Hwaduuuh, senengnyaaa!! Sudah sesuai
dengan keinginan, lokasinya dekat, suasananya nyaman, gratis, dapet makan pula!
*ibu-ibu banget, bahagia dengan gratisan dan makan-makan :p *
Seakan
semuanya dimudahkan, dilancarkan, dan ditaruh begitu saja di depan mata. Ibarat
para cowboy junior bertemu
bidadari yang tiba-tiba jatuh dari kuda, eh, surga, maka akhirnya, tulisan ini
ber-happy ending. Saya bertemu dan
kenalan dengan sang ‘pujaan’ (halah lagi!), mendapatkan buku karangannya dan
ditandatangani (buku pertama saya yang bertandatangan author-nya, yay!), juga semakin belajar
tentang kedamaian.
Apalagi,
bangga sekali rasanya (dan sepertinya saya patut
'sedikit' pamer/bercerita) bahwa, dua kata-kata mutiara pertama diatas,
yang begitu membuka mata hati dan pikiran saya dalam mencari kebahagiaan dan
kedamaian, adalah dua kata-kata mutiara yang juga mas Adjie sebutkan dalam
pembahasannya mengenai Sejenak Hening. Bukan hanya tersenyum, tapi bibir saya
langsung ikut menggumamkan dua kalimat bijak itu saat beliau mengucapkannya.
Sungguh, betapa bahagianya mengetahui bahwa sang idola (ehem!) terkesan pada
sesuatu yang juga membuat saya terkesan. Artinya, saya pun sama seperti beliau,
bukan? Satu pikiran dalam pemilihan kalimat yang disukai. *geer*
Hhh... Senangnya, mendapatkan sebuah pengalaman/pelajaran
baru yang bisa diaplikasikan dalam keseharian. Sepulang dari pertemuan itu,
saya tidak sabar untuk segera membaca buku dan mempraktekkan meditasi Mindful
yang diajarkannya *Tuh kan, mulai lagi 'ngga sabaran', satu hal yang seharusnya
dihindari dalam rangka mencari tenang. Gimana mau tenang, kalau grasa-grusu?*
Tapi setidaknya, kali ini grasa-grusu saya mendapat apresiasi
manis. Alhamdulillah, kata-kata mutiara ketiga saya disini, yang saya tulis
di cover belakang buku Sejenak
Hening (dan yang saya foto lalu di-tweet),
mendapat respon baik dari mas Adjie. Beliau ikut me-ReTweet kalimat tersebut,
dan memberi saya kicauan, "Do you know Gabrielle Bernstein? Cool :)"
Begitulah... Akhirnya, sejak mendengarkan cerita dan membaca
buku tersebut, saya mulai mencoba lagi usaha-usaha saya yang pernah gagal dalam
mencari kebahagiaan dan kedamaian. Semoga, dengan keyakinan bahwa segalanya
akan dilancarkan, dibentangkan, saat benar-benar fokus pada suatu tujuan, saya
mendapatkan apa yang selama ini saya cari. Saya juga ikut berdoa, semoga
teman-teman selalu berada dalam keadaan damai dan bahagia, yang penuh dengan
ketaatan dan rasa syukur terhadap semua anugrah Tuhan. Mudah-mudahan malaikat
ikut mengaminkan doa ini untuk saya. Wish me luck on my way of being mindful ya J
Let your thought open you a right way of life. Remember, life is not what happening to you, it's responding to you. The universe is confirming your wishes. So, be positive and grab the happiness!
inspiratif kok mbak.... ditunggu ya lanjutannya.. tapi ga perlu terburu-buru lho :)
BalasHapusAlhamdulillah, bisa ikut mengispirasi. Iya sip, lanjutannya lagi otw, biarpun pelan2 aja, hihi :D
BalasHapus