*image from pinterest
Banyak orang disana yang bermurah hati, yang bersedia memberikan waktu dan kemampuannya demi kebaikan sesama. Begitulah yang saya tangkap dari program Kelas Inspirasi ini.
Kelas Inspirasi adalah gerakan para profesional untuk turun ke Sekolah Dasar (SD) selama sehari, berbagi cerita dan pengalaman kerja juga motivasi meraih cita-cita.
Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka.
Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.
*quote diambil dari website Kelas Inpirasi
Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka.
Tujuan dari Kelas Inspirasi ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas, dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.
*quote diambil dari website Kelas Inpirasi
Program yang menjadi bagian dari Gerakan Indonesia Mengajar-nya bapak Anies Baswedan ini sudah dilaksakan dengan sukses selama tiga kali berturut-turut sejak tahun 2012. Setiap tahun, semakin banyak relawan yang mendaftar, bersedia dengan segala kerelaan hati mengambil sehari cuti, untuk seumur hidup menginspirasi.
Di tahun ke-3 ini, alhamdulillah, saya dan sekitar 600 relawan lain bisa terpilih dari 1000 lebih pendaftar, untuk menjadi bagian dari Kelas Inspirasi ke-3 di Bandung. Dan, begitulah, saya dan semua teman relawan (yang terbagi menjadi dua kelompok : Inspirator dan Dokumentasi Umum), dijodohkan untuk bertemu, berteman, dan berkumpul untuk briefing pertama kalinya pada tanggal 8 Februari 2015, di Aula Gedung Sate, Jl. Diponegoro, Bandung.
Kami saling bertukar senyum, sapa, dan cerita disana. Berbagi tips tentang mengajar anak-anak tingkat Sekolah Dasar; belajar segala macam tepuk tangan (well, namanya anak SD, pasti girang banget diajarin tepuk-tepukan yang lucu :D), belajar mempresentasikan profesi/pekerjaan secara visual, atraktif, dan simple (sekali lagi, namanya juga anak SD, pasti butuh 'penampakan' yang semenarik dengan penjelasan yang sesederhana mungkin..), sampai belajar apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan disana (misalnya, boleh membagikan reward - asalkan tidak dalam bentuk materi dan harus adil, dan tidak boleh menyinggung soal SARA - karena mungkin si sara juga ngga suka kalo dibawa-bawa dan sampai menimbulkan permusuhan, haha!). Seru, rame, dan inspiratif sekali saat itu (kami para inspirator pun butuh inspirasi doong.. :p).
Kami saling bertukar senyum, sapa, dan cerita disana. Berbagi tips tentang mengajar anak-anak tingkat Sekolah Dasar; belajar segala macam tepuk tangan (well, namanya anak SD, pasti girang banget diajarin tepuk-tepukan yang lucu :D), belajar mempresentasikan profesi/pekerjaan secara visual, atraktif, dan simple (sekali lagi, namanya juga anak SD, pasti butuh 'penampakan' yang semenarik dengan penjelasan yang sesederhana mungkin..), sampai belajar apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan disana (misalnya, boleh membagikan reward - asalkan tidak dalam bentuk materi dan harus adil, dan tidak boleh menyinggung soal SARA - karena mungkin si sara juga ngga suka kalo dibawa-bawa dan sampai menimbulkan permusuhan, haha!). Seru, rame, dan inspiratif sekali saat itu (kami para inspirator pun butuh inspirasi doong.. :p).
*image from KIB3
Dalam briefing itu juga, kami dibagi ke dalam beberapa grup yang terdiri dari beberapa inspirator, fotografer, dan videografer. Demikianlah ceritanya sampai saya 'nyangsang di grup 29-30, untuk ditugaskan berbagi di SDN Sukapura 1-5, Kiara Condong, Bandung. Alhamdulillah, lokasinya dekat rumah, dan jadi nge-gang sama teman-teman inspirator dan dokumentasi yang asyik-asyik! Yaay, terima kasih ya Allah, saya diberi anugrah pertemanan yang luar biasa ini ^_^
Tim Inspirator dan Dokum SDN Sukapura 1-5, Kiara Condong, Bandung
berfoto bersama para Guru dan staff sekolah
berfoto bersama para Guru dan staff sekolah
Pada hari H, Rabu, 18 Februari 2015, secara serentak 600 lebih relawan Kelas Inspirasi Bandung menyebar ke 79 SD yang ditunjuk, demikian pula grup 29-30. Kami langsung sibuk mengemban tugas, karena hampir setiap inspirator dijadwalkan mengisi tiga kelas. Dalam waktu satu jam per kelas, kami bercerita dan berbagi kepada murid-murid tentang pekerjaan kami, ditemani kakak-kakak fotografer dan videografer untuk mengabadikan momen. Lalu di kelas terakhir, sesaat sebelum bel pulang sekolah berbunyi, setiap siswa diberikan selembar kertas berbentuk potongan tetris untuk ditulisi nama dan cita-cita. Kemudian potongan-potongan tetris itu akan mereka susun rapi di sebuah papan. Hasil akhirnya adalah sebuah Dinding Impian (kami menamakannya demikian), yang kelak akan menjadi saksi atas doa dan harapan mereka disana.
Banyak sekali 'peralatan tempur' yang kami siapkan untuk hari itu. Seorang teman inspirator yang Desainer Interior membawa contoh gambar-gambar ruangan dengan perabotannya. Teman yang seorang ahli tekstil membawa beberapa lembar kain untuk presentasinya. Seorang teman lain yang berdinas di kantor PLN Bintaro pun sibuk dengan potongan-potongan gambar gardu listrik dan kawan-kawannya. Semua nampak semangat untuk menceritakan pengalaman dan pekerjaannya! Betapa bahagianya kami, membayangkan muka-muka mungil para siswa yang akan terbingung-bingung sekaligus ingin tahu apa yang akan dipersembahkan pada mereka ^_^
Saya sendiri akan sharing tentang profesi sebagai Guru Bahasa Inggris, walaupun awalnya bingung, bagaimana caranya mengubah 'kerjaannya guru' ke dalam bentuk visual yaa? Then I came up with a song. Yah, saya akan mulai dengan lagu ajalah : "Kepala-pundak-lutut-kaki..", tapi dalam bahasa Inggris : "Head-shoulders-kness-and toes..". Nyambung kaan sama pekerjaan sayah (*maksa, hihi).
Kemudian lagu ini saya jadikan tebak-tebakan juga loh, supaya lebih menarik. Saya print dalam bentuk spanduk, dua buah muka lengkap dengan bagian-bagiannya (mata-hidung-telinga-mulut). Bagian-bagian wajah itu bisa dicopot, untuk kemudian disusun lagi sesuai aslinya. Nah, yang serunya, para murid akan menyusunnya dengan mata tertutup, sehingga hasilnya adalah : mata dibawah dan hidung diatas, huahahaha!
Senaaang sekali kami hari itu. Menyanyi, belajar bahasa Inggris, dan menempelkan bagian wajah dengan mata tertutup. Semoga mereka jadi tau ya, bahwa seorang guru itu butuh effort yang tinggi, baik dari segi pemikiran maupun kreatifitas, demi mencerdaskan muridnya. Saya pun menyanyikan sebait lagu pada mereka, yang mudah-mudahan menjadikan profesi nan mulia ini sebuah inspirasi; "Guru bak pelita, penerang dalam gulita, jasamu tiada tara..." :)
Senaaang sekali kami hari itu. Menyanyi, belajar bahasa Inggris, dan menempelkan bagian wajah dengan mata tertutup. Semoga mereka jadi tau ya, bahwa seorang guru itu butuh effort yang tinggi, baik dari segi pemikiran maupun kreatifitas, demi mencerdaskan muridnya. Saya pun menyanyikan sebait lagu pada mereka, yang mudah-mudahan menjadikan profesi nan mulia ini sebuah inspirasi; "Guru bak pelita, penerang dalam gulita, jasamu tiada tara..." :)
*image from pinterest
"Dari bapak dan ibu gurulah, semua profesi itu bermula...", kata saya saat itu,
"Dari bapak dan ibu gurulah, semua profesi itu bermula...", kata saya saat itu,
"Ayoo, siapa yang mau jadi guruuu?" ^_^
Selain membawa spanduk wajah, saya (dibantu suami dan anak-anak) juga membuatkan para murid 'Wishing Star', alias 'Bintang Harapan'. Semacam reward bagi mereka atas partisipasi dan antusiasnya di kelas. Bintang Harapan ini bisa dijadikan pembatas buku, dan yang pasti, tempat mereka menuliskan harapan masa depannya. "Wishing Star-nya disimpan yaa, sampai suatu saat nanti kalau sudah jadi dokter, atau insinyur, atau yang lain, kembaliin lagi ke ibu yaa!". Semoga semua harapan dan cita-cita kalian kelak terwujud ya, nak :)
Ini game kami, bongkar-pasang bagian wajah, hihi
Wish upon a star...
Hari itu, bukan hanya anak-anak sekolah dasar itu saja yang terinspirasi, tapi juga kami. Terheran-heran saya mendengar jawaban mereka, "Koruptooorr!", atas pertanyaan saya, "Jadi harus jujur ya! Kalo ngga, nanti kalo besar dipanggil KPK, jadi tersangka apa..?". Haha, nonton berita juga mereka rupanya. Juga ternganga-nganga takjub membaca sebuah cita-cita yang dituliskan di Bintang Harapan, "Saya mau punya jodoh yang terbaik." Serta merta, saya aminkan doa itu, "Aamiin, semoga dikasih suami yang jadi imam dunia-akhirat ya, nak!". Ternyata, dibalik segala keriuhan profesi yang diperkenalkan, sebuah harapan indah -yang saya yakin pasti datang dari hatinya yang terdalam- tersemat dalam diri seorang gadis kecil nan lugu. SubhanAllah :)
Berbagai cerita lucu dan haru saya saksikan silih-berganti. Ada anak laki yang sibuk menyisir poni dengan sisir yang bolong-bolong giginya (sayang sekali saya tidak sempat mengabadikannya!), ada yang begitu seriusnya hingga tak melepaskan pandangannya dari saya. Ah.. kalian ini!
Hanya satu yang membuat hati saya teriris, yaitu ketika beberapa anak mendatangi sambil bertanya sedih, "Ibu, masih ada wishing star-nya? Saya ngga kebagian...". Seketika, jatuh iba saya pada mata-mata polos itu. Yang menatap penuh harap pada tas peralatan saya, sekaligus melihat dengan iri teman-teman lainnya yang sudah asyik menuliskan cita-citanya pada si Bintang Harapan. "Tulis nama kalian semua di selembar kertas ya. Besok Ibu bawain buat yang belum dapat!", perintah saya, yang langsung dikerjakan dengan suka cita. Ah, siapa yang tega mengkhianati keluguan itu? Saya langsung tersenyum dan berjanji untuk menggunting kertas warna dan menempelkan stiker bintang lagi untuk mereka. Promise is a promise, right?
Fiuh, pokoknya ngga nyangka lah, betapa otak-otak di kepala-kepala mungil mereka itu menyimpan begitu banyak harapan, informasi, cerita, imajinasi, yang harus diarahkan! Well then, it's our job to direct them, mengarahkan mereka, membangun mimpi mereka, membantu mereka mengejar semua cita. Setuju kan?
Berbagai cerita lucu dan haru saya saksikan silih-berganti. Ada anak laki yang sibuk menyisir poni dengan sisir yang bolong-bolong giginya (sayang sekali saya tidak sempat mengabadikannya!), ada yang begitu seriusnya hingga tak melepaskan pandangannya dari saya. Ah.. kalian ini!
Hanya satu yang membuat hati saya teriris, yaitu ketika beberapa anak mendatangi sambil bertanya sedih, "Ibu, masih ada wishing star-nya? Saya ngga kebagian...". Seketika, jatuh iba saya pada mata-mata polos itu. Yang menatap penuh harap pada tas peralatan saya, sekaligus melihat dengan iri teman-teman lainnya yang sudah asyik menuliskan cita-citanya pada si Bintang Harapan. "Tulis nama kalian semua di selembar kertas ya. Besok Ibu bawain buat yang belum dapat!", perintah saya, yang langsung dikerjakan dengan suka cita. Ah, siapa yang tega mengkhianati keluguan itu? Saya langsung tersenyum dan berjanji untuk menggunting kertas warna dan menempelkan stiker bintang lagi untuk mereka. Promise is a promise, right?
Fiuh, pokoknya ngga nyangka lah, betapa otak-otak di kepala-kepala mungil mereka itu menyimpan begitu banyak harapan, informasi, cerita, imajinasi, yang harus diarahkan! Well then, it's our job to direct them, mengarahkan mereka, membangun mimpi mereka, membantu mereka mengejar semua cita. Setuju kan?
Saya, anak-anak kelas IV SDN 4 dan 5 Sukapura, dan Bintang Harapan mereka
Hari ini, 23 Februari 2015, saya menuliskan ini sebagai jejak. Bahwa saya pernah menjadi bagian dari Tim Kelas Inspirasi Bandung 3, yang bersama para relawan lain berbagi pengalaman mengenai pekerjaan kami. Menjadi saksi atas kepolosan serta keingintahuan penerus bangsa cilik itu akan berbagai macam profesi. Meluangkan waktu untuk bersama membangun cita dan mimpi anak negri.
Harapan saya hanya satu, semoga kedatangan kami benar-benar memberi arti. Bahwa ada suatu hari dalam perjalanan hidup mereka, sekumpulan relawan berbagi tentang profesi. Dan, alangkah indahnya bila suatu saat nanti, sepuluh sampai lima belas tahun yang akan datang, ada anak yang datang kepada saya, dan mengembalikan Wishing Star-nya sambil berkata, "Bu, saya sudah jadi ahli ini. Terima kasih sudah datang untuk menginspirasi."
Hamba titipkan cita-cita dan mimpi mereka padaMu, ya Mujiib, karena hanya kepadaMu kami memohon dan Engkau adalah yang Maha Mengabulkan. Aamin ya rabbal alamin.
Harapan saya hanya satu, semoga kedatangan kami benar-benar memberi arti. Bahwa ada suatu hari dalam perjalanan hidup mereka, sekumpulan relawan berbagi tentang profesi. Dan, alangkah indahnya bila suatu saat nanti, sepuluh sampai lima belas tahun yang akan datang, ada anak yang datang kepada saya, dan mengembalikan Wishing Star-nya sambil berkata, "Bu, saya sudah jadi ahli ini. Terima kasih sudah datang untuk menginspirasi."
Hamba titipkan cita-cita dan mimpi mereka padaMu, ya Mujiib, karena hanya kepadaMu kami memohon dan Engkau adalah yang Maha Mengabulkan. Aamin ya rabbal alamin.
"Bangun Mimpi Anak Indonesia..."
*gambar dan quote dari Twitter Yunisa Fitriana
Mari berbagi cerita yang dapat menumbuhkan cita.
Mari berbagi cerita yang dapat menumbuhkan cita.
Jejak langkah profesimu sebagai awalnya.
Sudah saatnya para profesional turut mengambil peran dalam pendidikan anak bangsa.
*image from pinterest
Bahagia adalah, perasaan membuncah dalam dada, saat berbagi sesuatu kepada sesama,
Bahagia adalah, perasaan membuncah dalam dada, saat berbagi sesuatu kepada sesama,
sekecil apapun itu, lalu melihat senyuman sebagai imbal baliknya.
Because if you smile, then I smile... ~ me
*Photo and Video credit : Azzam, Irman, Kenas, Fey Hero
Super sekali, semangaaaaat...
BalasHapusSemangaatt ^^
Hapuswow serunya mom putu.....
BalasHapusIyah... Mom Enci taun depan ikutan yuuk :)
Hapus