[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Mengamati

Jumat, 20 September 2019

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Mengamati


Sore sudah menjelang malam, saat Jaka pulang ke rumah dan Rara sedang menyiapkan masakan pamungkasnya. Untuk makan malam kali itu, Rara membuat sup kacang merah yang kuahnya kental penuh dengan berbagai herbs dan tomat, juga beberapa potong sosis ayam kukus. Mereka tidak makan daging sapi dan berusaha mengurangi gorengan. Berusaha semampunya saja, karena masih sering juga melanggar...

"Wah, wangi..." Jaka mengendus-endus setelah menaruh barang-barangnya di kamar.

Serta-merta, Rara mengambilkan semangkuk sup juga sepiring penuh nasi dan sosis untuk suaminya. 


Jaka sudah menelan tiga suapan besar saat Rara bertanya, "Tadi ada yang nanya ke aku, meditasi itu apa."

"Terus?" Jaka balik bertanya sambil menyuap lagi. 

"Terus aku bingung mau bilang apa..." Rara memainkan sendoknya tanpa ingin makan. "You know... Sometimes people don't really understand what I am talking about. Aku susah jelasinnya."

Menghentikan sejenak suapannya, Jaka memberi saran, " Kalau meditasi adalah sebuah kata yang, katakanlah, tinggi, maka ganti saja dengan sadar."

Rara mengangguk setuju.

"Kita kan bukan sedang menghapal ragam istilah," lanjut Jaka. "Posisikan dirimu sejajar, agar kata-kata yang keluar tidak terdengar rumit."

Rara mengangguk lagi saja, masih bingung harus bagaimana.

Melihat istrinya begitu, Jaka meneguk isi gelasnya sampai habis, lalu menjelaskan lagi.

"Sejatinya kita semua itu sadar, hanya kadang keliru meletakkan diri," katanya tersenyum. "Keliru menganggap tubuh ini adalah diri kita, menganggap pikiran dan perasaan adalah diri kita. Itu namanya ketidaksadaran."

"Tapi dari mana mereka tau kalau sedang tidak sadar?" Rara menyela dengan pertanyaan. "Sedang menganggap bahwa tubuhnya adalah dirinya?"

"Coba tanyakan hal-hal yang sederhana seperti "Perutku sakit, lalu siapakah aku?" Lalu tunggu sampai mereka benar-benar memikirkan jawabannya," jawab Jaka.

"Terus aku kasih penjelasan apa?" tanya Rara lagi.

"Kalau bisa sampai menyebut "perutku sakit" berarti ada yang merasakannya --merasakan bahwa salah satu bagian dari tubuhnya, yaitu perut, sedang sakit," jelas Jaka. "Ada yang mengamati kejadian itu, dan itu bukanlah tubuhnya --ada yang lain selain tubuh yang mengamatinya."

Rara mengerutkan kening, mencoba menghapal apa yang diterangkan.

"Berarti jelas bahwa tubuh itu bukanlah kita. Tubuh dan kita adalah dua hal berbeda, makanya kita bisa mengamatinya," Jaka tersenyum melihat wajah Rara. "Ini perutKu, ini tanganKu, ini mataKu... Siapakah Aku?"

"Dan memahami bahwa tubuhnya bukanlah sang Diri sejati, maka itu adalah kesadaran." Rara bergumam. "Alias bangun, eling, menjadi pengamat atas tubuhnya, pikirannya, perasaannya." 

Kali ini Jaka hanya mengangguk saja. Membiarkan istrinya mencerna informasi yang kemudian akan diteruskannya lagi. Memang begitu tugas Rara; menceritakan indahnya dunia yang sudah indah. Dan sebagai suami yang sadar bahwa kehadirannya di bumi adalah untuk mengantarkan dan mendampingi, Jaka menikmati "oh moment" itu dengan sukacita.

********
Baca lagi kisah kasih mereka dalam Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

9 komentar:

  1. kalo udh baca fiksi rara & jaka ini suka penasaran ingin baca terus teh hehe

    BalasHapus
  2. Makin penasaran sama ceritanya, bagus soalnya dan enak dibacanya

    BalasHapus
  3. Aku pengen ini di bikin ftv kayaknya beda aja gitu kualitasnya ❤️ lanjutkan Teh aku suka

    BalasHapus
  4. keknya di buat drama bagus banget nih

    BalasHapus
  5. TEteeeh kuy bikin kumcer nya biar makin seru bacanya teh, suka sama tulisan teh Ayu tentang Rara Jaka ini.

    BalasHapus
  6. Aih kok jadi kebayang Teh Rara..suaminya Jaka bukan ya..hahaha..

    BalasHapus
  7. Kesadaran akan kurung dan kuring ini memang nggak mudah dipahami.

    BalasHapus
  8. Bener Teh Putu, harusnya bikin buku kumcer deh. Aku ordeeeer. Selalu suka dengan makna di balik percakapan Rara dan Jaka ini.

    BalasHapus
  9. aku kok agak loading ya kaak mencerna kata2nya XD Udah jarang banget baca2 cerita gini soalnya :""

    BalasHapus