[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka, Tentang Belajar Spiritual

Jumat, 09 Agustus 2019

Fiksi Rara & Jaka, Tentang Belajar Spiritual


Rara sedang tidak enak badan. Sudah beberapa hari ini cuaca menggembleng fisiknya dengan naik-turunnya suhu udara yang cukup drastis. Siang bisa jadi sangat panas, dan malam bisa jadi sangat dingin. Untungnya Jaka sedang tidak ada tugas ke luar, jadi ia bisa menemani istrinya yang tambah manja kalau sedang sakit.

"Aku ga bisa napas..." Rara merajuk. Ia cepat-cepat mendekat pada minyak kayu putih untuk meredakan kedua lubang hidungnya yang tersumbat.

Jaka tersenyum saja melihatnya. Setelah itu, ia menyuapi istrinya sup krim asparagus yang hangat lagi sampai habis.

"Aku jadi banyak makan dan banyak tidur," Rara mengendus minyak penghangat yang harum itu lagi. "Nanti kalo sembuh jadi gendut, gimana dong?"

Jaka tertawa. "Ya memang flu itu ngga ada obatnya kecuali makan dan tidur, Ra, jadi kalau tambah berat ya ngga apa-apa," sahutnya.

Ia sudah hendak beranjak ke dapur untuk menaruh mangkuk sup, saat Rara memintanya untuk memijat.

"Dibalurin lagi, biar hangat," sang istri merajuk lagi. "Aku ngga suka kedinginan. Jadi kambuh asmaku dan susah bernapas."

Sambil menghela napas, Jaka mengolesi punggung Rara dengan minyak kayu putih. 

"Kalau badan sedang tidak fit, diterima saja, Ra," ia mengingatkan. "Selalu ada maksud atas setiap kejadian. Jadi dinikmati saja, tidak perlu disangkal dan dikeluhkan."

Rara diam saja dibilangi begitu. "Aku harus belajar spiritual lagi sama kamu, ya?" ia berkata beberapa lama kemudian. "Supaya tau duluan tentang kejadian-kejadian, malah mungkin bisa mengantisipasi dan mengobati sendiri sakitnya."

Jaka tertawa lagi. Ia menyudahi pijatannya dan memeluk Rara.

"Belajar spiritual itu bukan untuk tau tentang hal-hal sebelum kejadiannya," ia menerangkan. "Bukan untuk menjadi dukun, paranormal, apalagi penyihir dan sejenisnya."

Rara diam lagi. 

"Belajar spiritual itu sesederhana belajar menikmati waktu dan setiap kejadian yang ada di dalamnya," jelas Jaka lagi. "Menikmati yang sesungguhnya, bukan yang pakai sangkalan atau keluhan."

"Menikmati sakitku, hidung tersumbatku, sesak napasku, gitu ya?" Rara bertanya, walau kepahaman mulai perlahan hadir ke dalam benaknya.

Jaka mengecup kepalanya sebagai persetujuan. "Belajar spiritual itu belajar mengenal Diri yang Sejati, bukan Diri yang dibalut emosi dan pikiran," tambahnya. 

"Supaya...?" tanya Rara lagi.

"Supaya paham tentang hidup dan kehidupan," jawab Jaka. "Dalam kepahaman itu maka tidak ada lagi keluhan apalagi harapan, cuma ada kebersyukuran."

"Seindah itu, kah?" Rara memastikan. "Hidup tanpa keluhan atau harapan?"

"Ya," Jaka mengecup kepala Rara lagi. "Apa yang bisa dikeluhkan atau diharapkan, kalau menyadari bahwa sehat dan sakit, panas dan dingin, kaya dan miskin semuanya adalah bagian dari hidup?"

Rara mengangguk pelan. Iya ya, hidup memang begitu, kenapa mesti dikeluhkan atau diharapkan lebih?

"Jadi," Rara membetulkan posisi duduknya. "Hanya berusaha selalu menikmati semua keadaan aja, ya?"

"Aku sudah bilang begitu tadi, kan?" Jaka mulai mengecup bagian tubuh Rara yang lain. 

Yang dikecup tertawa geli. "Dan berusaha selalu menikmati waktu?" tanyanya beretorika. "Sederhana sekali..."

"Ya memang sederhana, manusianya saja yang suka membuat rumit," Jaka menyahut tanpa menghentikan kecupannya. "Seperti sekarang ini, walau sakit kan masih tetap bisa menikmati indahnya bercinta..."

Dan Rara pun tertawa lagi, larut dalam keindahan waktu dan keadaan yang dipersembahkan Semesta untuknya dan Jaka...


********

*terinspirasi dari status mbak Rukmini AlFariziπŸ™πŸ˜Š
Baca lagi kisah mereka di Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

9 komentar:

  1. Iya ya Mbak, harus bisa menikmati semua keadaan dan tetap bersyukur apapun situasinya.

    BalasHapus
  2. Saya kok jadi gagal fokus sama sup krim asparagus nya, nampak enak heheh

    BalasHapus
  3. Haaa...bener yaa, kalau hidup itu sebenarnya penuh nafsu kalau semua-mua ingin diturutin.
    Coba hanya bersyukur...pasti kan jadi lebih simple dan indah.

    BalasHapus
  4. Duh, iya ya. Belajar spiritual itu supaya kita menjadi manusia yang benar manusia. Menikmati kehidupan dan belajar terus agar bermanfaat.

    BalasHapus
  5. Rara seneng banget pastinya punya pasangan yang bikin tenang dalam keadaan apapun. Sehat-sehat, ya, Ra. #Eh

    BalasHapus
  6. Jaka ini memang suami idaman
    Bikin ngiri 😁😁😁

    BalasHapus
  7. Kalau persoalan mengeluh, aku setuju. Memang hidup mah ada susah ada senang jadi dinikmati aja. Tapi kalau tanpa harapan rasanya nggak bisa kalau aku ya

    BalasHapus
  8. Romantis banget ya nih Jaka dan Rara. Gagal fokus jadinya πŸ˜„

    BalasHapus