[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang MenemukanNya

Sabtu, 04 Mei 2019

Fiksi Rara & Jaka; Tentang MenemukanNya


Jumat sore ini sungguh indah. Jaka baru saja datang dari pekerjaannya di luar kota, dan langsung disambut mesra oleh Rara yang menyuguhkan camilan dan minuman hangat di meja beranda. Tak ingin mengabaikan perutnya yang lapar, Jaka mencium istrinya lalu duduk dan mengambil makanan.

"Capek, ya?" Rara bertanya. Sambil begitu, itu memijit pelan bahu sang suami. 

"Ngga," jawab Jaka kalem, lalu mengambil pisang gorengnya yang kedua.

"Kalo ngadepin aku, capek ngga?" tanya Rara lagi dengan iseng. "Minimal pusing lah, hihihi..."

"Kalo ngga dibawa pusing, gimana?" Jaka tersenyum.

Entah mengapa, Rara terperangah mendengar jawaban simple itu. Jaka memang selalu begitu, memandang semua hal netral saja, apa adanya. Jarang ia menemukan sang suami itu uring-uringan seperti dirinya saat menghadapi masalah, atau bahkan meluapkan kegembiraan saat ada yang perlu dirayakan. Tanggapannya cenderung sederhana saja, sesederhana senyuman.

"Bahagia, ya, yang bisa begitu?" lagi-lagi ia bertanya --walau ini lebih dimaksudkan untuk dirinya sendiri.

"Yang bisa begitu gimana?" kali ini Jaka yang bertanya. 

"Yang sudah menemukanNya," Rara nyengir. 

"Memangnya Dia di mana, sampe ngga ketemu-ketemu?" Jaka jadi geli sendiri. 

Rara menggeleng. Tidak tau dia, ada di mana sang Dia yang selalu dicari-cari seluruh ummat itu. "Di langit ke tujuh, kali duduk di singgasana, atau bahkan lebih jauh lagi. Bingung juga kalo dipikirin..."

"Ya jangan dipikirin, dong..." Jaka jadi geli lagi. "Ia kan hanya bisa ditemukan saat hening."

"Bukan aku yang mikirin," sahut Rara. "Tapi orang-orang yang selalu berkata dekat denganNya, padahal nyatanya jauh --tingkah lakunya yang ramai memperlihatkan itu. SuaraNya kan lembut dan mendesir di hati, mana bisa terdengar jika pikiran berisik?"

Jaka tertawa mendengar sanggahan itu.

"You've gone far, to just seek me. With blood and sweat, sometimes accompany. Thousands of miles without stopping, even once. Ignoring me, who has been with you all along," Rara meneruskan pendapatnya.

"Widiiih," sahut Jaka. "Keren deh, istriku."

"Aku adalah Kamu, yang sering tidak Kau sadari. Kamu adalah Aku, yang sering Kau abaikan," Rara melanjutkan dengan kalimat-kalimat yang sedang ia coba pahami sendiri.

"Jadi, who are You?" Jaka tersenyum. 

Tapi Rara tidak menjawab. Ia hanya mengembalikan senyuman dengan senyuman. Sepercik kebahagiaan muncul di hatinya. Mendesir menggelitik, indah dan nyaman. Seakan memvalidasi sebuah temuan, bahwa sang Dia memang ada di sana. Di tempat yang jauh namun dekat, dan dekat yang jauh saat tak juga hening. Di sana, di singgasana tempatNya bertahta. Di hati, selalu, sepanjang waktu.

********
Kamu telah pergi jauh, hanya untuk menemukanKu. Dengan darah dan keringat, yang terkadang menemani. Ribuan mili terlalui tanpa henti, bahkan untuk sekali. MengabaikanKu, yang sudah selalu ada bersamamu.

********
*matur suwun mas Fajar Prihattanto atas inspirasinya <3 
*******

Baca lagi kisah kasih mereka di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar