[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka, Tentang Tali Tak Nampak

Rabu, 27 Maret 2019

Fiksi Rara & Jaka, Tentang Tali Tak Nampak


Hari ini gerah sekali, segerah hati Rara. Perasaannya sedang tidak menentu, dan rasanya ingin menceburkan diri ke sebuah danau dan melunturkan segala keresahannya di sana. Tapi tentu saja keresahan bukanlah untuk dilunturkan di danau...

"Kesel banget aku, huft," gerutunya untuk kesekian kali. Kali itu, bantal di sofalah yang jadi pelampiasannya.

"Daripada gemes ke bantal, mendingan gemes ke aku aja..." goda Jaka. "Aku pasrah deh."

Tapi Rara sedang tidak ingin bercanda.

"Kalau bukan temen kantor, mungkin aku udah..." ia mengacuhkan guyonan Jaka. "Udah.. udah.."

"Udah apa?" tanya Jaka geli. Diambilkannya sang istri segelas air putih dari kendi. Mereka punya satu kendi tanah liat di dapur. Air yang didiamkan semalaman di sana rasanya sangat sejuk dan beda dengan air dispenser.

"Dia itu benar-benar ujianku yang sulit," kata Rara setelah minum beberapa teguk. "Mudah-mudahan aku lulus!"

"Tantangan lebih pas," balas Jaka sabar, "daripada ujian."

"Kenapa sih aku harus ketemu dia? Di tempat kerja pula?!" Rara misuh-misuh lagi.

"Ya karena masih ada ikatan karma di antara kalian," Jaka bersabar lagi. Dimintanya Rara menghabiskan air minumnya agar kepalanya ikutan dingin.

"Bisa digunting aja ngga ikatannya?" tanya Rara sebelum minum lagi.

"Setiap yang diketemukan itu tentu ada maksudnya," jawab Jaka. "Jadi ikatan karma itu terbentuk bukan sekadar asal tertautkan saja."

"Tertautkan?" Rara bingung.

"Iya, ada semacam tali di antara orang-orang yang masih memiliki jodoh untuk bertemu," Jaka menjelaskan. "Tali-tali nir-indera yang hanya bisa putus jika sudah tidak ada jatahnya lagi."

"Jodoh gimana? Jatah apa?" Rara masih bingung.

"Jodoh untuk bertemu, dan bukannya hanya sebatas hubungan romantisme saja," jelas Jaka lagi. "Karena jatahnya untuk bersumbangsih sesuatu terhadap satu dengan yang lain."

"Lah terus apa sumbangsih temanku itu terhadap aku selain bikin kesal?" Rara bertanya dengan sewot.

"Ya untuk belajar," Jaka meringis. "Semua yang dihadirkan ya untuk pembelajaran. Untuk melampaui dan memaklumi, baik atas hal yang menggembirakan atau menyedihkan."

Rara tercenung mendengarnya. "Sampai kapan?" 

"Sampai pelajarannya selesai," Jaka tersenyum. "Hanya sampai temanmu itu berhasil membuatmu belajar sesuatu, maka secara alamiah dia akan pergi. Tugasnya telah purna, kehadirannya sudah tidak dibutuhkan lagi."

"Kalau tidak ada ikatan karma, maka tidak akan bertemu, kah?" tanya Rara lagi. "Makanya aku ngga ketemu Paul Walker, hihi."

Jaka tertawa mendengarnya. Istrinya itu sangat mengidolakan sang bintang. "Yah, sebagaimanapun kamu pengin ketemu dan sedih saat dia pergi, ya mesti bisa menerima realitanya. Tidak ada keselarasan yang bisa dipaksakan."

Rara ikut tersenyum. Tapi dalam senyum ia jadi sedikit lebih paham lagi. Tentang tali-tali yang tak nampak, tentang tugas-tugas yang diemban masing-masing orang, tentang pelajaran yang harus diselesaikan, dan tentang bagaimana tantangan itu menggembleng jiwanya. 

"Hey, kok bengong?" goda Jaka lagi. Tapi Rara geming. Dibiarkannya Jaka mengecup kepalanya dan membuatnya bersandar ke bahu sang suami itu. Ia hanya tetap tersenyum dan diam.

Teringat akan semua yang hadir dalam hidupnya. Akan sesiapa itu yang datang beserta perannya. Ada banyak, dan semua tiba bersama mata pelajarannya. Maka ia perlu lebih fokus lagi, belajar lebih lagi untuk melampaui, menata diri sampai paripurna, untuk kembali murni.

********
*special thanks to mas Guru Setyo HD, rahayu 🙏

Baca lagi kisah kasih mereka di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

8 komentar:

  1. So deep mba, aku suka jadi bersyukur deh dulu ketemu temen kantor yang sombong dan pret banget jadi pelajaran buat aku untuk selalu kalem dan rendah hati 💕

    BalasHapus
  2. Jleb sampe orang nyebelin itu bikin kita belajar sesuatu maka akan lepas >>aku setujua banget teh..justru dari si rese, si nyinyir kita aku belajar sabar dan bodo teuing alhamdulilah aku juga jadi ga sebel dan mereka malahan malu :D

    BalasHapus
  3. Gemesss ke aku ajah gimana? Aw aw Jaka nih genit

    BalasHapus
  4. Bener, ku pernah punya temen kerja yang bener2 ujian banget buat ku, nyebelin huuuuuhuuuu

    BalasHapus
  5. Kalau tiap ada masalah bisa berpikir sejernih Raka, aku yakin...jawabannya akan mudah sekali.
    No worries anymore.

    Coba...coba..
    Apa pendapat Raka tentang pilpres 2019.
    Hehehe...penasaran.

    BalasHapus
  6. makasih rara dan jaka, aku pun jadi belajar, bahwa setiap yang datang itu memiliki peran. pada akhirnya ya sudah mari kita nikmati saja..bukan begitu Ra dan Ka? heheheeh

    BalasHapus
  7. Ah, bener banget. Aku kayak Rara tuh. Sering hean dengan sesuatu atau seseoang yang terus ada di hidup, pdhl gak banget ke akunya. Sbenernya, itu semua ada di hidup kita untuk tujuan tertentu ya. Duh, aku belajar banyak deh dari cerpen2 Teh Ayu. :)

    BalasHapus
  8. Ikatan karma itu dari kehidupan sebelumnya juga apa gimana?

    BalasHapus