[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Tanpa Syarat

Selasa, 26 Februari 2019

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Tanpa Syarat


Semalam, Rara diajak kencan oleh sahabatnya di sebuah warung kopi di jalan Djuanda, Bandung. Jaka tidak ikut. Betapa malasnya ia duduk di antara dua perempuan yang sudah lama tidak bertemu dan pastinya punya banyak kisah untuk dibagi. Jadi siang ini, ia kebagian cerita ulangnya saja dari Rara. 

"Jadi gitu..." Rara menutup laporannya. "Temanku itu masih mengharapkan mantan kekasihnya."

"Minta dia untuk belajar unconditional love," sahut Jaka setelah diam beberapa saat. Sebuah bisikan muncul di hatinya saat mendengar cerita Rara. 

"Maksudnya?" tanya Rara. 

"Ya, cinta yang setulusnya, tanpa syarat tanpa pengharapan," jawab Jaka. "Sepertinya itu yang harus ia pelajari di kehidupan kali ini."

Rara terhenyak. 

"Tapi, rumah tangga kangmasnya itu bermasalah, istrinya berkhianat," katanya berusaha membela.

"Lalu gimana reaksi kangmasnya?" giliran Jaka yang bertanya.

"Memaafkan..." Rara menjawab. Seketika, ia sadar bahwa kangmasnya sang sahabat itu sudah lebih dulu menjalani laku cinta yang tulus.

"Nah, ya sudah beres kan?" Jaka menyalakan sebatang rokok.

"Tapi aslinya mereka berdua sangat saling mencintai..." Rara membela lagi. 

"Yang terjadi kan begini, Ra," Jaka tersenyum. "Mereka dipisahkan dan harus belajar sesuatu darinya. Kan kamu tau, dunia ini tempatnya belajar, jadi jalani seikhlasnya seperti yang diajarkan."

"Jadi sahabatku ngga boleh mencintai orang yang juga sangat mencintainya, kah?" tanya Rara getir.

"Ya boleh," Jaka mengembuskan asap rokok. "Dengan keyword unconditional love, cinta yang tanpa terjerat nafsu kemelekatan untuk memiliki dan cemburu."

Di ujung telepon sini, Rara mengangguk-angguk pelan. "Jadi memang kangmasnya itu bukan laki-laki yang terbaik untuk sahabatku, ya?"

"Kita di sini untuk belajar mengenai segala hal," di ujung sana, Jaka kembali mengembuskan asap rokoknya. "Karena itu, carilah pasangan yang pas, bukan yang terbaik, untuk berdua menjalani laku pelajarannya masing-masing dengan saling melengkapi."

Rara kembali mengangguk-angguk paham. Ia mengerti sekarang, mengapa ada pasangan yang saling mencintai dan harus dipisahkan, dan ada pasangan yang terlihat saling tidak cocok tapi malah disatukan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Tapi kamu pernah bilang loh, sahabatku itu memang soulmate dengan kangmasnya..." katanya. "Kok ngga berpasangan lagi sekarang?"

"Ya mungkin belum, sampai benar-benar mencapai keadaan unconditional love," jawab Jaka. "Atau memang bukan jatahnya berpasangan kembali di kehidupan sekarang, demi pembelajaran yang harus diselesaikan."

Rara terhenyak lagi. Kadang-kadang kenyataan memang perih, jika belum mampu disikapi oleh keadaan diri yang bisa mencinta tanpa syarat. Yang ikhlas untuk selalu memberi tanpa mengharap kembali. Yang boleh berkeinginan namun sadar bahwa tidak semua harapan terkabulkan. Yang sudi melepas semua demi kebahagiaan masing-masing yang berujung pada diri yang semakin tercerahkan.

"Ra?" Jaka memangil. "Kok bengong?"

Rara tertawa. "Makasiy ya kanda, sayang. You made my day. Aku mau nelepon sahabatku dulu yaa," katanya undur diri.

Di seberang sana, Jaka tersenyum mendengar teleponnya ditutup. Ia tau bahwa tidak hanya sang sahabat yang belajar, tapi juga Rara. Belajar untuk lebih ikhlas dalam menjalani segala sesuatunya, dan mengembalikan harapan pada sang Pemilik Skenario terbesar akan kelangsungan alam.

"Terima kasih juga telah menemaniku dalam pembelajaran ini, wahai dinda..." ia menitipkan pesan itu pada sang bayu.

********
Baca lagi kisah kasih mereka di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar