[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Saksi

Rabu, 19 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Saksi


Seharian ini, Jaka dan Rara di rumah saja. Menghabiskan waktu dengan cuddling, membaca, mainan game online, nonton tv, dan makan. Walau hanya di kamar, tapi keduanya sama sekali tidak bosan. Jendela besar yang menghadap ke taman membuat segar penglihatan. Apalagi, cuacanya juga sedang mendung terus, menambah sejuk suasana.

"Sedang apa, dinda sayang?" tanya Jaka sambil meletakkan buku bacaannya.

Rara sedang memandang ke arah taman, ponselnya masih tergenggam di tangan. "Sedang mellow..." jawabnya enggan.

"Loh, kok mellow?" Jaka beringsut dari duduknya, dan berbaring di sebelah Rara.

"Entah, aku selalu begitu kalau sedang mendung dan melihat pemandangan," suara Rara masih terdengar menggumam. "Kenapa ya?"

"Because the life is missing you, maybe?" jawab Jaka sambil mengecup kepala istrinya.

"Maksudnya?" Rara menoleh, menghadapkan mukanya ke sang suami tercinta.

Jaka tidak tahan ingin menciumnya, tapi diurungkannya niat itu sebentar demi menjelaskan. "Sang Maha kan sangat perindu," katanya. "Ia merindukan segalanya, ingin menyaksikan semuanya, melaluimu."

Rara membuka mulutnya, seolah ingin berkata sesuatu, namun menutupnya lagi -membuat Jaka semakin ingin menciumnya.

"You are not your eyes. You are the energy behind it," Jaka berkata lagi.

"You are not the mind. You are the love beneath it," Rara meneruskan, remembering a beautiful poem a friend once wrote.

Jaka tersenyum. "Lalu apa?" tanyanya.

"We are in this world, but not from this world..." lanjut yang ditanya.

"You are only a witness," Jaka tersenyum lagi. "Nah, pertanyaanmu terjawab sudah."

Sekarang ganti Rara yang terenyum. Ya, pertanyaanya sudah terjawab. Bahwa jika kita tetiba diam terpana, di hadapan makhluk-makhluk ciptaanNya, itu karena Sang Maha Hidup sedang merindu. Rindu untuk mengalami, menyaksikan, apapun itu ciptaanNya, melalui kita.

Semua yang ada hanyalah ekspresi dari IA yang Satu. Tidak ada yang lain selain IA yang Satu.

Masing-masing dari kita adalah sebuah ekspresiNya yang unik.
Namun setiap ekspresi dari yang Satu, pada akhirnya bukan Satu.

IA adalah banyak dalam Satu.

********

Mari, belajar lebih banyak lagi tentang kehidupan di kisah Jaka dan Rara lainnya: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

1 komentar:

  1. Mantap...fiksi sarat makna.
    Mampir juga ke blogku di:https://www.arsipkomodo.blogspot.com

    BalasHapus