[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Raga

Jumat, 21 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Raga


Siang tadi Rara pergi ke sebuah tempat spa. Sudah lama ia tidak menghabiskan waktu dengan memanjakan diri seperti itu. Jaka mengantarnya pergi, lalu ditinggalnya sang istri di sana untuk ber-me time. Ia sendiri memilih menghabiskan waktu di perpustakaan kota. Ada beberapa buku yang ingin dibacanya.

"Di mana, sayang?" Rara mengirimkan pesan singkat.

"Di perpus sebelah," Jaka menjawab -15 menit kemudian. Gedung perpustakaannya memang berdekatan dengan salon dan spa-nya Rara. 

"Oooh, kirain main ke mana..." Rara membalas. "Duh, enak bangeeet... Udah lama ngga dipijat dan dilulur beginiii..." lanjutnya kegirangan.

"Dipijat juga kok, sama aku..." ketik Jaka singkat.

"Iya, hihi... Tapi ini bedaaa," balas Rara lagi. "Namanya juga perempuan, pingin badannya halus, mulus, wangi. Emang yang bakal ngeliat siapa nanti?" Rara menggoda.

Sayang, suaminya itu tidak sedang ingin digoda. Mood-nya malah condong ke wejangan. Mungkin karena saking seriusnya membaca...

"Tubuh manusia memang didesain dengan berbagai indera yang harus dipuaskan," katanya memulai. "Namun seringnya, yang terjadi adalah kita terjebak ilusi kenikmatan itu."

Rara tidak menjawab. Betapa malasnya dikuliahi tentang ilusi kenikmatan tubuh -saat rancangan sempurna Sang Maha berbentuk tinggi, langsing, dan ayu yang ditempatinya itu sedang dimanjakan mbak-mbak spa.

"Melupakan bahwa hidup bukan semata memanjakan indria, bahwa raga hanyalah kendaraan yang dipinjamkan untuk belajar di dunia," Jaka melanjutkan khotbahnya.

Rara tidak menjawab lagi.

"Lagipula, bisa apa tubuh, selain berkeskresi? Menyimpan penyakit? Menjadi renta dan menyusahkan orang sekitarnya?" khotbah lain dikirimkan Jaka.

Lama-lama, Rara jadi gemas sendiri membacanya. Segera dibalasnya pesan-pesan sang suami dengan panjang lebar dan kecepatan mengetik yang luar biasa.

"Tubuh memang berfungsi sebagai kendaraan jiwa, tapi bukan berarti ia menjadi sebuah kerepotan bagi pengendaranya," katanya kesal. "Jadikan teman, sayangi dengan asupan bergizi, olah raga, dan istirahat yang cukup. Sadari saat mengendarainya. Boleh menikmati pemandangan sepuasnya, sambil tetap ingat untuk berada di jalur yang benar ke tempat tujuan."

"Widiiih," Jaka mengirimkan emoticon bersiul. Baru ngeh dia, bahwa sitrinya kesal diceramahi. "Maaf ya sayang, aku sedang baca tentang tubuh dan jadi pingin cerita..."

"Dimaafkan," balas sang istri. "Untung aja kamu minta maaf, kalo ngga nanti malem ngga boleh ikutan nikmatin kendaraan aku loh," tambahnya mengancam.

"Waduhhh, jangan dong," Jaka membalas dengan cepat. "Aku suka kendaraan yang mulus dan wangi..."

"Oh gitu ya?" Rara masih kesal. "Kalo udah ngga mulus dan wangi jadi ngga mau lagi??"

Sadar akan kesalahannya yang bisa jadi fatal, Jaka langsung menelepon Rara, alih-alih mengirim pesan.

"Ra..." katanya saat istrinya menjawab. "You know that I love you just the way you are... And besides, everything about you is sexy..."

Dirayu begitu, Rara jadi terkikik geli. Perempuan memang mudah sekali digombali...

Lega sekali Jaka mendengarnya. "Jadi nanti malam boleh yaa, main naik-naikan kendaraan..." rayunya lagi.

********


Ikuti kisah sejoli ini lagi di sini : Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar