[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Past, Present, Future

Rabu, 12 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Past, Present, Future


Jaka dan Rara sudah selesai berpelesir-ria di seputaran tengah Jawa. Saat ini, mereka sedang on their way pulang, naik kereta. Kereta api sekarang sudah begitu nyaman digunakan untuk bepergian jauh. Dua sejoli itu sangat menikmati perjalanan darat mereka dan puas memandangi alam yang ditawarkan sepanjang jalan.

"Aduh.." seru Rara tiba-tiba. "Aku lupa ngerjain laporan! Kita sampai jam berapa di Bandung, ya?"

"Sekitar subuh," jawab Jaka. "Bukannya udah?"

"Yang satu lagi belum..." Rara terlihat benar-benar khawatir. "Duh, gimana, ya? Bosku pasti marah nanti..."

Jaka yang sudah setengah mengantuk segera menghela napas panjang dan tersenyum. Dua itu memang saklarnya kembali kepada kesadaran, dan menghadapi seorang istri yang kadang panikan kadang baperan, memang perlu selalu sadar.

"Kata siapa pasti marah, Ra..?" tanyanya sabar. "Yang nanti itu masih ghaib, tidak ada yang tau kepastiannya." Dielusnya rambut kekasih hatinya itu dengan lembut.

"Tapi dulu dia pernah marah waktu aku lupa ga ngerjai laporan," Rara berkata melas. "Ngga marah sih, tapi caranya menegur bikin ngga enak hati..."

"Dulu..." Jaka menyahut. "Bukan sekarang atau nanti, kan?"

Rara mengangguk mengiyakan, walau hatinya tetap dicengkeram ketakutan.

Kembali Jaka mengambil napas panjang sebelum melanjutkan omongannya,

"Kamu terlalu khawatir akan masa depan, Dinda..." katanya. "Dan terlalu berpegang pada masa lalu."

Sang Dinda merebahkan kepalanya di dada suaminya.

"Masa depan kan belum ada yang tau kepastiannya, mengapa dirisaukan? Ada banyak faktor yang bisa saja menginterupsi hingga kekhawatiranmu tidak terjadi, kan?" lanjut Jaka. "Dan masa lalu kan sudah terjadi, dengan terms and conditions-nya sendiri. Belum tentu berlaku umum dan kekal, jadi jangan dijadikan pegangan."

Kali ini, Rara mengerti. Ya, dia terlalu merisaukan masa depan -apa yang akan, juga terlalu menjadikan masa lalu sebagai patokan -apa yang sudah. Jika terus menerus berlaku demikian, ia akan kehilangan apa yang sedang -masa kininya, sekarangnya, kesadarannya, pengalamannya...

Segera ia menganggukkan kepalanya, lalu menengadah mencari sepasang mata kekasih hatinya. Tanpa berkata-kata, diucapkannya rasa terima kasih dengan penuh cinta.

Suaminya membalas tatapannya dengan rasa yang sama, lalu dikecupnya bibir Rara dengan lembut dan lamaa...

********

Terispirasi dari quote indah Master Oogway di film animasi Kungfu Panda:

"Yesterday is history, tomorrow is mystery, today is a gift. That's way it is called the Present."
Baca lagi kisah mereka yang lain di sini : Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

7 komentar:

  1. Aduh, bu guru ini memang pandai sekali berkata-kata. Aku jadi tersihir sama Jaka dan Rara. Eh btw, Rara kayak aku deh. Suka terlalu banyak asumsi untuk hal di masa depan. Padahal kan bener kata Jaka, besok masih ghaib. Persis yang dibilang suami. Duh, aku kok berasa jadi tokoh Rara dan Jaka nih. :)))

    BalasHapus
  2. Aku kok ngebayangin si Jaka ini cool bgt orgnya, gondrong, santai, sabar hihihihi.

    BalasHapus
  3. So sweet and wise sekali kamu mas Jaka emang ya klo suami itu harus cool klo bebeb lagi panik eaa

    BalasHapus
  4. Mas Jaka ini ya idaman banget, jago urusan menenangkan hati istrinya. Mau dong punya yang kayak gitu juga hahahaa

    BalasHapus
  5. Aku juga suka risau dg masa depan hahaah

    BalasHapus
  6. iya banget: "Yesterday is history, tomorrow is mystery, today is a gift. That's way it is called the Present."

    aku suka quote ini, agar bisa ikhlas

    BalasHapus
  7. Duh Jaka ini tipe suami idaman ya muehehe

    BalasHapus