[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Konfirmasi

Rabu, 19 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Konfirmasi


Pagi ini mendung. Jaka tidak sedang ada pekerjaan di luar kota, dan Rara juga sedang term break di tempatnya mengajar. Tapi mereka tidak sedang ingin pergi ke mana-mana untuk menghabiskan waktu. Jadi keduanya hanya akan berada di rumah saja; membaca buku, mainan daring, dan nonton tv. Rara juga punya rencana memasak, mumpung suaminya di rumah dan ia bisa memanjakannya lewat makanan.

"Maunya sarapan apa?" tanyanya sambil menggeliat.

"Apa aja..." jawab yang ditanya sambil mengambil lagi istrinya ke dalam pelukan. "Jangan ke mana-mana dulu..." pintanya dengan suara malas.

Rara tertawa. Pagi yang mendung memang enaknya dihabiskan di tempat tidur saja. "Ngga akan ke mana-mana. Seharian ini kan kita mau di kamar aja," sahutnya geli. "Tapi aku mau bikinin breakfast in bed buat kakandaku tersayang..."

"Hmmm," Jaka bergumam mengiyakan. Walaupun jarang masak, ia tau kalau Rara pintar menyenangkan perutnya. Jadi, direlakannya sang istri pergi ke dapur.

Dalam sepuluh menit, Rara sudah di kamar lagi. Ia sudah membuatkan suaminya sarapan yang ala-ala English itu: satu egg benedict, dua sosis ayam -suaminya tidak makan daging sapi-, dan sepotong roti gandum, juga semangkuk salad daun selada, wortel dan brokoli. Hanya satu yang kurang, dan ia membawanya ke kamar.

"Aku punya dua botol jus jeruk ini di kulkas. Yang mana yang sudah expired, ya?" katanya bingung. "Aku dapat dari temanku, dan ngga ada catatan expiry date-nya."

"Ask your heart," sahut Jaka dari balik bantal. "Atau konfirmasi dengan jari, kayak yang diajarin itu..."

"Oh," Rara berseru. Baru ingat lagi ia akan metode kinesiologi yang pernah dibacanya di sebuah buku. Segera, ditautkannya kedua jari tengahnya, lalu ditanyakannya sebuah tag question, atau pertanyaan ya/tidak dalam hati.

Tak lama, senyumnya mengembang. Ia sudah dapat jawabannya. "Kenapa bisa begitu, ya?" ia bertanya-tanya. "Maksudku, kenapa jari-jari menjawab?"

"Bukannya kamu yang dulu menerangkannya ke aku?" jawab Jaka, mengeluarkan wajahnya dari balik bantal. "Tubuh adalah semesta kecil yang memiliki hubungan spesial dengan alam..."

Rara mencoba mengingat-ingat lagi penjelasannya sendiri. Tapi gagal. "Something to do with kinesiologi, kalo ga salah..." gumamnya kesal.

"...karena alam itu merekam semua bentuk energi, maka ia memiliki segala informasi..." lanjut Jaka. Ia sudah duduk di tempat tidur, kantuknya hilang. "Dan karena tubuh tidak bisa berbohong -pikiranlah yang mampu melakukan itu- jadi segala informasi dinyatakannya dengan apa adanya. Ya melalui jari-jarimu itu."

"Oooh!" seru Rara lagi. Ia ingat sekarang. "Terima kasih yaa..." katanya menghambur ke tempat tidur, memeluk suaminya.

Yang dipeluk hanya senyum-senyum saja, menikmati. "Kapan-kapan kamu lupa lagi, yaa. Biar aku jelasin dan dipeluk lagi," katanya.

********

Temukan kisah mereka berdua yang lain di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar