[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Dua Air

Rabu, 12 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Dua Air

Pantai Baron, Gunung Kidul, Jawa Tengah
pic from: jejakpiknik.com

Jaka dan Rara sudah beberapa hari ini berada di Jawa tengah. Mereka sudah mengunjungi beberapa Candi peninggalan kerajaan-kerajaan Nusantara, serta membeli beberapa barang sebagai tanda mata. Akhir minggu ini, keduanya berniat untuk menyambangi pantai-pantai di sekitaran Yogyakarta.

"Di mana ya, sungainya?" tanya Rara sesampainya di pantai Baron.

"Sungai apa?" Jaka balik bertanya. Ia terlalu sibuk mengendarai mobil sewaan mereka dengan medan ala Gunung Kidul yang menantang, sehingga tidak sempat browsing dulu tentang tujuan wisata mereka.

"Sungai di bawah laut," Rara menjelaskan. Ia menggandeng suaminya menuju perbukitan karang di timur pantai. Siapa tau sungai itu ada di sana.

Pantai Baron adalah satu dari banyak pantai di selatan pulau Jawa yang memiliki keunikan. Ia memiliki sungai yang berair tawar yang bergerak di bawah laut yang berair asin. Kedua air akan saling bertemu satu sama lain tanpa bercampur, menghasilkan perpaduan warna biru turkish lautan dan hijau-kuningnya sungai yang luar biasa.

Di perbatasan pantai dan karang, dua sejoli itu menjadi saksi atas kebesaran alam. Hening, Jaka dan Rara menatap fenomena cantik itu sambil memancarkan kebersyukuran yang tinggi. Hati adalah medan magnet yang kuat, dan rasa apapun yang memancar darinya akan turut mempengaruhi semesta.

Tak tahan akan rasa rasa harunya, Rara berlari dan memeluk salah satu pohon di bebatuan karang. Ia memejamkan mata, menyalurkan energi cintanya pada sebarang mungil pohon yang daunnya berkerumbul rindang. Ia tau, bahwa pohon itu senang, sesenang dirinya.

"Tidak apa-apakah, kita melakukan ini?" tanyanya.

"Kenapa tidak?" Jaka menjawab. "All we do is radiating our love to the trees and all creatures. What is wrong with sending out love?" ia berjalan menuju istrinya.

"Nothing, but people may get us wrong... Orang bisa salah kira, mungkin disangkanya kita memuja pohon..." Rara berkata sambil masih memeluk pohonnya.

"Let them... Biarkan saja..." Jaka ikut memeluk pohon di sebelah Rara. "Mereka cuma belum tau saja, betapa gembiranya makhluk-makhluk yang menerima pancaran kasih sayang kita."

Rara manggut-manggut saja.

"Tidak hanya kita, para nelayan pun selalu melakukannya kepada lautan," Jaka melanjutkan. "Mereka begitu menyayangi laut sebagai lahannya berikhtiar, dan sangat berterima kasih kepadanya, hingga ritual sedekah laut pun selalu dilaksanakan."

Pantai Baron juga sering digunakan oleh para nelayan sebagai tempat melakukan upacara sedekah laut, setiap tanggal satu Muharam, atau satu Suro. Mereka memberikan sajen, atau sajian, kepada sang Samudera, sebagai ungkapan rasa syukur atas kebesaran Sang Maha atas lautan, ciptaanNya.

Rara mengangguk lagi. Sang Maha yang mengajarkannya sendiri, bukan? Untuk selalu bersikap rahmaan dan rahiim terhadap sesama?

Semua makhluk berbahagia...

********

Ikuti kisah mereka lainnya di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar