[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Bergetar

Rabu, 12 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Bergetar


Jaka dan Rara masih dalam perjalanan wisata mereka. Hari ini, keduanya baru saja mengunjungi candi Prambanan, dan sedang duduk-duduk mengistirahatkan kaki. Destinasi wisata itu sudah dikelola lebih baik, terutama mengenai penjualan cinderamata. Namun demikian, tetap ada saja satu-dua yang menghampiri mereka.

Rara melirik-lirik suaminya dengan pandangan bingung. Ia memang jenis yang tidak tegaan. Jaka membalas dengan tatapan tegas: tidak usah beli apa-apa. Tapi apa daya, hatinya melunak menjadi permakluman saat mendapatkan wajah sang istri berubah sedih.

"Yang ini berapa?" dengan girang, Rara menunjuk segerombolan gelang yang mirip Rosario.

"Dari kayu cendana, niki, mbak, wangi..." si penjual menyebutkan sebuah harga sambil berpromosi.

Rara tambah senang. Diciumnya gelang-gelang itu dengan semangat. Ya, wangi. "Pilihin..." katanya sambil menyodorkan beberapa ke Jaka.

Sang suami menoleh. Ditinggalkannya sejenak es teh manisnya, untuk membantu Rara memilih. Dipegangnya gelang-gelang kayu itu satu persatu, untuk dirasa-rasa, dibawa dalam keheningan sesaat.

"Yang ini bagus..." katanya menyerahkan sebuah, lalu menyeruput lagi minumannya.

Serta merta, Rara memakainya, lalu mengambil sejumlah uang sebagai pertukaran. Dipandanginya gelang itu dengan sumringah. Ia sedang ingin gelang, betapa mestakungnya...

"Ada yang besar, ngga?" tanya Jaka kepada si penjual. Baru ingat, bahwa ia pun sedang mencari-cari tasbih besar yang dibuat dari kayu cendana.

"Ada, mas," si penjual menjawab dengan semangat. "Malah ada yang besar sekali biji-bijinya. Mau diambilin?"

Jaka mengangguk, dan si penjual segera pergi mengambilkan pesanannya. Tak lama, ia sudah datang lagi dengan tiga buah tasbih besar yang halus buatannya, dan sangat wangi.

Rara menyaksikan kekasih hatinya kembali menimbang-nimbang, menilai-nilai, memilih yang terbaik di antara ketiganya. Sang suami itu lalu tersenyum dan menentukan pilihannya. Dimintanya Rara untuk membayar lebih kepada si penjual.

"Kenapa lama sekali memilihnya?" tanya Rara setelah si penjual pergi.

"Karena aku ingin merasakan getarannya baik-baik..." jawab Jaka. "Setiap benda memancarkan vibrasinya masing-masing. Pilih yang paling nyaman getarannya."

"Gimana caranya?" baru kali itu Rara bertanya. Padahal setiap kali membuat pilihan tentang barang, ia selalu minta Jaka untuk memilihkan.

"Ya rasakan saja..." suaminya menjawab sambil tersenyum. "Bisa dengan bertanya pada hatimu, berapa nilai dari barang itu, dari skala 1-10. Minta ia menjawab."

"Oh!" sang istri terkejut. "Begitukah caranya?"

"Ya, memang bagaimana lagi?" jawab Jaka dengan geli. "Ajukan pertanyaanmu dalam hening, dan rasakan baik-baik. Jawabannya akan segera dihadirkan untukmu."

"Okay..." Rara menyahut sambil menerawangkan pikiran. Apa yang akan ia tanyakan ke hatinya, ya? Hmm...

"Oh, no!" Jaka berseru. "Jangan beli barang lagi, ya, please!" ia paham betul apa yang akan terjadi berikutnya.

Terlambat...

"Bu, sini, saya mau beli lagi!" Rara berlari mengejar penjual gelang tadi...

********

Baca kisah mereka yang lainnya di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka

1 komentar:

  1. Wah, jadi ikutan kecium sampai sini wangi gelang dari kayu Cendana mba hihihihi

    BalasHapus