[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Bergerak atas nama Cinta

Selasa, 25 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Bergerak atas nama Cinta


Jaka dan Rara sedang road-tour menikmati liburan akhir tahun dengan merayakan Natal dan Galungan-Kuningan bersama sanak-saudara. Keluarga mereka memang beragam, datang dari berbagai latar budaya, agama, yang menyebar di beberapa pulau Nusantara. Betapa menyenangkannya, berbagi sukacita dengan yang sedang merayakan -terutama mengenai suguhannya.

"Baik sekali ya, Budhe itu?" Rara membuka stoples kastangelnya dengan hati-hati.

"Masakannya juga enak semua, apalagi opornya" Jaka menanggapi dengan gembira. Budhenya membuat hidangan Natal dengan menu khas kampung halamannya, Yogyakarta. 

Rara mengunyah satu isi stoplesnya, lalu disuapinya sang suami sebuah. Kemudian, selama sepuluh menit berikutnya, mereka berdua asyik menikmati kue kering keju dan nanas yang dibekali sepuh mereka itu. Sampai tiba waktunya kendaraan mereka harus ikut menyeberang lautan, menuju pulau tetangga. 

"Aku ngga sabar makan lawar sama betutu," Rara menjilati lidahnya tanpa sengaja. Saat itu, mereka sudah ada di atas kapal.

Jaka tersenyum mendengarnya. Betapa beruntungnya mereka berdua, dapat mencicipi beraneka hidangan negeri yang gemah ripah loh jinawi ini, gratis dari saudara-saudara sendiri.

"Tapi, aku takut ketemu pekak-nini..." sambung Rara dengan sedih. "Aku udah lama ngga menjenguk mereka..."

Jaka tersenyum lagi. "Kalau takut, ya ngga usah ketemu..." jawabnya dengan sederhana, seperti biasa.

"Tapi aku mau ketemuu,' Rara merajuk. "Aku kangen mereka..."

"Ya ketemulah," jawab Jaka lagi. 

Rara mendelik kesal. Suaminya itu memang sangat simple. Mau ya mau, tidak ya tidak. Tapi bagi Rara, ada hal-hal yang tidak semudah itu untuk dilakukan. Rasa takut dan sayang kadang menjadi penghalang.

Sadar bahwa sang istri kesal, Jaka mulai menjelaskan. "Tuhan itu Maha Cinta, Ra..." katanya. "Bahkan IA sendiri adalah CInta. Karena cintaNya, kita semua ada."

Rara tidak menanggapi.

"Karena itu, bergeraklah atas namaNya. Atas nama Cinta," lanjut Jaka. "Mau datang bertemu sesepuh, ya karena ingin bertemu. Ada rasa rindu, sayang, segan yang melandasinya. Jangan pernah menemui mereka berdasarkan ketakutan."

Perlahan, Rara mulai mengerti. "Seperti beribadah, ya?" tanyanya. "Beribadahlah karena ingin terhubung denganNya, dan bukan karena takut masuk neraka atau teriming-imingi surga?"

Lagi-lagi, Jaka tersenyum. Dia senang kalau Rara memiliki kesimpulan sendiri dan bukannya hanya menerima opini orang.

"Dan itu berlaku bagi semua. Bergeraklah atas nama cinta..." Rara melanjutkan kalimatnya. 

"Ya," sambung Jaka. "Ngga nyaman, bukan, jika pergerakkan kita itu berdasar ketakutan? Semua hanya akan terlihat sebagai kewajiban semata. Tidak ada rasa dalam menjalaninya. Tidak ada DIA di dalamnya."

"Berlakulah berlandaskan rasa kasih dan sayang," Rara tersenyum. "Karena semua yang bergerak atas nama cinta, adalah bergerak bersamaNya, Sang Maha Cinta."

********

Sila mampir ke Kumpulan Fiksi Rara & Jaka untuk membaca kisah mereka yang lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar