[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Memiliki dan Melayani

Rabu, 07 November 2018

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Memiliki dan Melayani


Rara sedang uring-uringan, segala sesuatu yang dikerjakan hari itu rasanya serba salah. Ia sampai harus duduk diam dulu, menenangkan dirinya yang gelisah tanpa sebab. Segera, dibukanya aplikasi pesan singkat untuk mengabari sang kekasih yang sedang berada nun jauh di sana.

"Ada yang aneh sama aku..." katanya to the point. "Aku lagi resah ngga jelas ini... Kenapa ya?"

"Aku juga..." Jaka membalas. Sepertinya ia tau akar permasalahannya -bukan sekali ini saja ia mengalami ini. "Something not good is about to happen, kayaknya, Ra. Banyak berdoa, ya..."

"Hah, maksudnya??" Rara bertanya kebingungan.

"You know... Kamu sudah bisa peka sama kejadian-kejadian alam, Ra..." Jaka menjelaskan. "Ada sesuatu yang akan terjadi, dan kamu bisa ikut merasakan gejalanya."

Belakangan ini sedang sering terjadi bencana. Beberapa orang yang cukup dekat dengan alam akan lebih sensitif dan dapat turut merasakan gejolaknya, beberapa waktu sebelumnya. Jaka adalah satu dari sekian orang yang mampu merasakannya, jadi ia sedang rajin berdoa lebih untuk kebaikan semesta.

"Oya? Gejala bahwa alam sedang menyeimbangkan, ya?" tanya Rara lagi. Mulai paham ia, bahwa perasaan tidak enaknya ini adalah anugerah sekaligus ujian. "Kirain karena PMS."

"Ya bisa jadi.. Kamu kalo mau dapet kan uring-uringan ga jelas." sang suami tertawa. Menyadari bahwa ia harus lebih berhati-hati dalam bicara, kalau ingin damai-damai saja.

"Aku kangen..." Rara menanggapinya dengan manja khas PMS. "Look at you, traveling around without me, ketemu dan melayani banyak orang. Siapa yang tau kamu di sana gimana-gimana?"

"Gimana-gimana, gimana...?" Jaka menanggapi dengan hati-hati. "Selama ini aku sudah berusaha hidup bukan untuk diriku... hidup hanya untuk melayani... bagaimana mungkin aku akan mementingkan diri sendiri lagi?"

Tiba-tiba kerinduan Rara menguap. Balasan Jaka yang pasti ditulisnya dengan lirih memohon pemakluman, begitu terasa, merambat dari mata sampai ke hatinya. Ia tidak lagi kangen pada suaminya tercinta -jika itu hanya berlandas pada keegosian belaka. Sadar benar ia, bahwa Jaka memang selalu begitu. Jiwanya terpanggil untuk mengabdikan hidup demi kebaikan semua makhluk. Cintanya universal -dan itu bukan untuk dicemburui.

"Maukah kamu melakukannya denganku..?" Rara mengirimkan pesannya juga dengan lirih, merasakan panggilan yang sama. "Mengabdikan diri kepada Sang Maha, dengan melayani sesama?"

"Kamu sudah melakukannya bersama denganku sejak lama sekali, wahai Dinda...", suaminya menanggapi.

Rara diam tidak menjawab. Hatinya meleleh, berbarengan dengan air mata yang berguliran tanpa isakan.

"Kok diam?" Jaka mengirimkan teksnya lagi. "Rara..."

Lalu segera, sebuah pesan indah muncul lagi di layar telepon selular Rara.

"I'm waiting... For your silence to break, For your soul to shake, For your love to wake!” ~ Jalaludin Rumi"

...dan Rara luluh lagi dalam keharuan.

********

Baca lagi kisah-kasih Rara dan Jaka lainnya di sini, yaa... Kumpulan Fiksi Rara dan Jaka

11 komentar:

  1. Perempuan memang gampang luluh dan haru yah. Teteh keren ih fiksi2nya

    BalasHapus
  2. Komen naon deui yeuh urang nya 😂

    BalasHapus
  3. Hmmm...nganu...Rara, kamu kalau PMS kayak saya. Hahahaha.

    BalasHapus
  4. kalau fakta, puan memang lebih peka perasaannya :D

    BalasHapus
  5. Ehmmm wanita meski strong tetep mudah luluh dan terharu ya

    BalasHapus
  6. Ku menunggu cerita sambungannya qaqa..hihi

    BalasHapus
  7. Jadi pengen ketemu Rara sama Jaka 🙂

    BalasHapus
  8. Ini tuh lagi insecure ya teh ceritanya, mirip-miriplah sama aku suka gitu 😂

    BalasHapus
  9. Duuh teh Putu mantep tulisan fiksinya, aku sampai baca pelan-pelan banget, dan bukan sekadar fiksi juga tapi ada sesuatu di dalamnya

    BalasHapus