[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; The Beginning, Part-2, Dia, Jaka

Jumat, 05 Oktober 2018

Fiksi Rara & Jaka; The Beginning, Part-2, Dia, Jaka

Dia, Jaka...
Aku meringis bingung ke arahnya. Mengapa dia berjalan ke sini, ke arahku? Eh, ke arahku, bukan ya? Tambah bingung, aku memandang sekeliling untuk memastikan. Kalau melihat ekspresi wajah orang-orang yang ikutan bising menemani langkahnya, iya, dia memang menujuku. Tapi kenapa?
"Itu.. Ngg.. Pada nyuruh aku ngajak kamu jalan," lapornya dengan kikuk sesampainya di hadapanku.

Astaga... Kirain ada apa. Kalau sekadar ingin mengajakku jalan, mengapa harus seramai itu? Dengan geli, aku tersenyum mengiyakan.
Jadi begitulah, kami pergi berdua berkeliling kota. Bertiga, karena adiknya ikut menemani, dan kemudian sepanjang hari ia "terpaksa" menjadi nyamuk yang tidak berdengung saking diamnya. Menyusuri pantai, makan siang, jalan ke tempat wisata, sambil mengobrol ringan dan bercanda. Baru menjelang sore kami berbalik arah untuk pulang. Supaya tidak terlalu malam, alasannya saat itu.
Kalau boleh jujur, ia laki-laki yang tidak terlalu mencuri perhatianku pada saat itu. Mungkin karena aku baru saja putus pacaran dan sedang menikmati hari-hari 'jomblo'ku dengan sahabat-sahabat. Tapi ada sesuatu padanya, yang membuatku menerima ajakannya. Apa, ya? Ia memang cukup manis, dengan wajah teduh dan senyum yang selalu tersungging.
Apakah karena matanya? Sepasang mata yang.. Kalau dikatakan bahwa mata adalah jendela hati, aku berani bertaruh bahwa ia punya hati yang damai. Mata yang menatap dalam dan menyiratkan kebijaksanaan, dengan kerutan di ujungnya. Crow's feet -begitu istilah Inggrisnya- yang justru menambah manis wajahnya.
Atau mungkin kesederhanaannya? Aku selalu menghindari fancy boys, dan lebih suka laki-laki kalem nan bersahaja sepertinya. Yang lebih suka diam dan mendengarkan, dan bicara sekali-sekali jika diperlukan saja. Ya, mungkin itu, dan.. sebuah rasa.
Entah kenapa, ia seolah tidak asing bagiku. Seperti sudah kenal bertahun-tahun, dan akrab. Berada di dekatnya membuatku merasa nyaman, layaknya seseorang yang kembali pulang. Kenyaman yang familiar -jantungku seperti linu pada satu denyutan saat mencoba mengenali rasanya. Rasa itu juga yang menjalar di sekujur kulitku, lalu dibawa oleh syaraf-syaraf halus menuju pusat otak. Memaksaku untuk berkomunikasi dengan bawah sadar, memanggil lagi ingatan yang terdalam. 
Siapa dia, ya?
********
Baca Fiksi Rara & Jaka yang lain juga yaa, terima kasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar