[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka, Tentang Nanti

Senin, 15 Oktober 2018

Fiksi Rara & Jaka, Tentang Nanti


"Nanti aku akan rajin Yoga. Sekarang masih agak sibuk kalau harus melakukannya selama 30 menit setiap pagi," Rara berkata sambil mengaduk-aduk Tripple Chocolate cake camilan sorenya.
"Surya Namaskara bukannya hanya beberapa menit saja?" Jaka membalas sambil memperhatikan sang kekasih hati. Geli ia, betapa Rara banyak sekali memiliki rencana untuk masa depannya.
"Oh iya, cuma 12 gerakan yang bisa selesai dalam 3 sampai 5 menit saja. Tapi bukan itu maksudku. Nanti aku mau lebih kuantitatif dalam berolah raga."
"Harus nanti? Kenapa tidak sekarang?"
*********

Orang memang cenderung "hidup" di masa depan. Ini terbukti dalam setiap obrolan. Ada saja kata "nanti" yang terucap, dan betapa rencana-rencana dibuat sedemikian rupa.
Sekarang, dengan demikian, hanyalah "gladi resik" semata. Sebuah acara percobaan yang dimaksudkan untuk kesempurnaan acara kemudian.
Panggungnya, pestanya, hidupnya ada di depan. Bukan sekarang.
*********
Mengindahkan pertanyaan sang belahan jiwa, Rara meneruskan rencana masa depannya yang indah lagi.
"Nanti juga, aku bakal ikut diet Ayurvedha, dan aku akan maksa kamu makan apa yang aku sediakan."
"Aargh, apa yang salah dengan dietku sekarang? Kamu kan, yang membuat aku kekurangan karbohidrat selama dua bulan ini?!"
"There's nothing wrong with it. Hanya saja, aku belum belajar banyak tentang pola makan sehat ala India itu.."
"Ya syukurlah kalau masih 'nanti'.."
"Apa maksudnya itu?? Biarpun masih nanti, tapi akan lebih baik daripada sekarang!"
********
Tapi, benarkah demikian? Yang indah dan baik hanya terjadi nanti? Yang pantas dinikmati dan layak disyukuri itu hanyalah nanti?
Lalu, ada apa dengan yang sekarang?
Kurang baikkah, situasi sekarang? Tidak indahkah, segala karunia saat ini?
Apakah dengan demikian kita tidak mengkufurkan nikmat? Mendustakan keadaan?
*********
"Oh, c'mon Ra. Bisakah kamu berhenti bilang "nanti"? Lihat kita sekarang; aku dan kamu duduk berhadapan di bawah pohon rindang. Menikmati kue apalah ini yang kamu pesankan untukku. Tidakkah ini menyenangkan bagimu?"
"Itu Carrot Cake, supaya kuemu ada sayurnya."
"Apa?? Owh sudahlah.. Can't you see, campuran aneh dalam kue ini saja terasa nikmat bila di hadapanku ada kamu, Ra.." Jaka jadi agak mual dengan kuenya hingga ia meneguk banyak-banyak Iced Latte-nya.
"Awh.. How sweet are you.."
"I am. Dan juga semua yang ada saat ini, bukan?"
Rara mulai memperhatikan bayangan pohon di bawah kakinya. Ia menatap ke atas, mencari si pembuat keteduhan. Tidak hanya hijaunya kerumbulan daun yang ia temukan, tapi juga sebuah sarang burung. Induk burung terlihat sibuk mematuk-matukkan paruhnya ke dalam sarang. Mungkin memberi makan anak-anaknya.
Jaka mengambil tangan Rara dan menciumnya. Senyumnya mengembang melihat pujaan hatinya itu mulai tenang dan kembali berbinar. Meninggalkan indahnya khayangan atau khayalan apapun di masa depannya itu nanti. Kembali ke bumi. Menyadari napas, menikmati kekiniannya.
*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar