[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka, Tentang Maha Mudra

Selasa, 30 Oktober 2018

Fiksi Rara & Jaka, Tentang Maha Mudra



Di suatu sore..

Jaka menjemput Rara di kantornya. Sore itu sangat menyenangkan. Langit biru cerah, berhias bola bundar berwarna kuning terang yang masih gagah mengangkasa, walaupun mulai redup dan menghangat. Larik-larik sinarnya bermain-main menembus dedauan di sepanjang jalan Cipaganti yang rindang.

Hari itu menjelang anniversary mereka. Tapi Jaka membawa Rara tidak dalam rangka itu, karena laki-laki itu bisa jadi lupa sama sekali tentang hari jadi mereka. Jaka hanya ingin menikmati jagung bakar lima rasa khas Lembang ditemani Rara. Bukan untuk alasan romantis -sungguh bukan tipe Jaka- tapi menghabiskan waktu bersama kekasihnya selalu ia butuhkan setelah rutinitas yang penat seharian.

"Hihihi..." Rara tiba-tiba terkikik sendiri.

"Belum juga aku ngajak guyon, kamu udah cekikikan," Jaka ikut tertawa.

"Aku ingat kiriman tulisan dari temanku, tentang Maha Mudra," jawab Rara masih geli sendiri.

Jaka menghentikan mobilnya karena lampu merah dan melirik istrinya. "Widih, keren. Gimana tuh?"

"Ck, you know it already," Rara memonyongkan bibir. "Suka gitu deh, nanya cuma buat ngetes aku doang..."

"Hahaha, bukannya kamu yang suka asyik-asyikan ngetes aku? Nanyain aku sayang apa ngga, kangen apa ngga, sampai nanya which lingerie do I prefer you to wear on..." Jaka menggelengkan kepala, "Aku di luar kota, dan lagi mau presentasi waktu kamu tanya-tanya soal lingerie, Ra!"

"Ya bagus dong, biar makin semangat," Rara tergelak mendengarnya. Suka sekali ia membuat sang kekasih itu "menderita".

"Oya, pasti semangat. Tunggu nanti malam, ya!" Jaka menjawil pipi Rara sebelum kembali menjalankan mobil.

Yang dijawil hanya bisa tersipu, lalu buru-buru membuka aplikasi whatsapp-nya, mencari tulisan temannya tentang Maha Mudra.

"As you know, Mudra itu kan gestures, gerakan-gerakan tubuh. Bisa face gestures, hand gestures, dan tentu saja, body gestures. Selama belajar Hasta (hand) Mudra, aku ngga ngeh kalau ternyata sexual intercourse pun adalah bermudra."

"Ya... Lalu?" Jaka beretorika.

"Lalu..." Rara mengerutkan keningnya -mengerutkan kening juga adalah gerakan Mudra- bingung bagaimana mau menerangkan. "Ya pokoknya puncaknya adalah Maha Mudra." Setelah itu, ia memutuskan untuk membacakan saja isi whatsapp-nya.
"When two lovers are in deep sexual orgasm,

they melt into each other;
Then the woman is no longer the woman, the man is no longer the man.
They become just like the circle of yin and yang,
reaching into each other, meeting in each other, melting,
their own identities forgotten.
That's why love is so beautiful.
This state is called mudra this state of deep, orgasmic intercourse is called mudra.
And the final state of orgasm with the whole is called Maha Mudra,
the great orgasm..." ~ Osho
"Ya... Tapi ngga mudah untuk mencapai Maha Mudra sekarang-sekarang ini," Jaka tersenyum.

"Kenapa?" Rara menatapnya.

"Untuk mencapai state tersebut, ke tujuh chakra pasangan yang bercinta itu harus sama-sama selaras dan harmoni. Jika terjadi, maka penyatuan sempurna dirasakan. Dua tubuh yang menyatu, melebur dalam satu jiwa, seakan tidak ada sehelai tipis layar pun yang memisahkan mereka."

"Wow... Seindah itukah..?" Rara terpesona.

"Ya. Sang pria hilang egonya, sang wanita pun hilang identitasnya. Saling menggapai, serasi dalam setiap gerak, selaras dengan energi alam, harmonis dalam penyatuan, mencapai Maha Mudra -orgasme bercinta yang pada puncaknya."

Rara diam saja, kehilangan kata-kata.

Jaka tersenyum lagi melihat istrinya. "Itulah cinta, dindaku sayang. Tidak perlu lagi meditasi, bercinta itu sudah meditasi yang membawa pada orgasme spiritual tertinggi."

"Betapa indahnya cinta sebenarnya, ya? Cinta yang tanpa ego, tanpa cemburu, tanpa rasa mengikat, tanpa pamrih, hingga saat bercinta pun bisa luruh seutuhnya. Bisakah kita mencapainya?" Jantung Rara berdegup saat mengatakannya, luruh dalam emosinya sendiri.

"Konon, hanya Krishna dan Radha yang mencapainya. Juga Shiva dan Shakti. Mungkin juga kita berdua... Mau?" Jaka menoleh, meringis nakal menggoda sang kekasih hati.

Rara memekik dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tidak bisa berkata apa-apa.

"Kenapa? Kamu menggodaku kemarin dengan lingerie-mu itu, kan? Tanggung jawab, dong," Jaka melancarkan kembali serangannya. "Aku jadi sampai bermimpi loh.."

"Mimpi apa?" Rara menurunkan tangannya dari wajah.

"Menggerayangimu..."

Saat itu sudah lampu merah lagi. Jaka menghentikan mobilnya dan menarik rem tangan. Setelah itu ia memandangi Rara dengan penuh cinta, sampai hasrat membawanya untuk memajukan wajah dan mencari bibir istrinya...

********

Baca Fiksi Rara & Jaka yang lain juga yaa, terima kasih :)

3 komentar:

  1. Hweee catat itu, meditasi tak melulu hanya duduk diam tak bergerak. Ditunggu cerita selanjutnya.

    BalasHapus
  2. Duh, duh, duh. Aku makin penasaran dengan kelanjutannya xD

    BalasHapus