[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka; Tentang Setting Ulang Bumi

Kamis, 30 Mei 2019

Fiksi Rara & Jaka; Tentang Setting Ulang Bumi


Hari ini libur. Jaka mengajak Rara ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan hari raya. Untuk mereka sendiri tidak banyak, pasangan ini tidak terlalu suka berlebih, tapi Rara sudah menyiapkan daftar panjang untuk tanda kasih ke keluarga besar. Dan itu banyak...

"Jangan lupa bawa tas belanja sendiri," Jaka mengingatkan.

"Sudah," sahut yang diingatkan. "Aku bawa semua. Mudah-mudahan yang lain juga berlaku sama."

"Ngga usah mengharapkan orang lain, biasanya akan ada emosi yang bermain di dalamnya," Jaka menimpali. "Mulai dari diri sendiri dulu saja."

"Ya kan sudah," Rara membela diri. Belum-belum, emosinya sudah ikutan muncul.

Menjelang hari raya atau hari libur lainnya, biasanya produksi sampah bertambah. Menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup, di satu tempat peristirahatan jalur mudik pada tahun 2018 saja bisa terdapat 10 ton sampah. Mudik lebaran tahun ini diperkirakan akan menghasilkan lebih dari 16.000 ton sampah per hari. 

"Bumi itu sudah keberatan dengan sampah," Rara meneruskan omelannya. "Kalau rata-rata satu orang membuang 700 gram sampah per hari, bisa dibayangkan, kah, betapa terbebannya ibu bumi??"

Kalau sudah begitu, Jaka hanya mampu diam dan tersenyum saja sambil mendengarkan istrinya. Cari aman.

"Orang-orang hanya sibuk bertengkar tentang Tuhan siapa yang paling benar --Tuhan kok ditandingkan, memangnya ada berapa banyak Tuhan?--, tentang politik yang dibungkus agama --padahal sejatinya agama ada untuk perbaikan akhlak--, tentang perang saudara," lanjut Rara menggebu-gebu. "Tapi tidak ada yang peduli akan buminya!"

"Kamu peduli, kok," Jaka menenangkan.

"Maukah, mereka juga peduli?" Rara menatap suaminya dengan wajah memelas. "Untuk membawa sendiri tas belanjanya, membawa sendiri botol minum dan mangkuk makannya? Itu saja..."

Jaka tersenyum lagi.

"Lupakan buang sampah pada tempatnya, itu sudah basi," kata Rara lagi. "Tapi sadari sampahnya sendiri-sendiri."

"Selain mengurangi sampah pribadi, apalagi?" tanya Jaka sambil menaikkan rem tangan, menunggu lampu hijau di persimpangan. Perseneling netral di saat kendaraan diam dan tidak terus menerus menginjak kopling atau rem adalah salah satu cara menghemat energi yang sumbangsihnya besar bagi kebersihan udara.

"Tanam setidaknya satu saja pohon di masing-masing halaman," Rara menjawab lugas. "Kalau tidak punya halaman, sudilah kiranya menyumbang satu pohon di tempat-tempat umum. Itung-itung pohon itu untuk menyediakan oksigen bagi paru-parunya sendiri."

"Benar," Jaka nyengir. Ia ingat saat bekerja di sebuah gedung perkantoran besar dulu. Untuk "membayar" satu kubikel tempatnya bekerja, dia harus menghasilkan omset ratusan juta perbulan untuk perusahaan. Jangan pikir para karyawan itu menempati "kemewahan" 3x3 meter perseginya dengan percuma. Sewanya mahal, dibayar dengan pencapaian kerja yang maksimal.

"Iya, kan?" Rara balik bertanya. "Tidak usah muluk-muluk mengharapkan perubahan dunia, ubah dulu dirinya sendiri. Kalau setiap orang menyuplai O2nya sendiri dengan pohon dan menelan sendiri sampahnya, tentu bumi akan sangat berterimakasih."

"Loh kok ditelan," Jaka terkekeh geli. Rara memang suka menghiperbola kalau sedang kesal.

Rara jadi ikut tertawa. "Dibanding tabrakan dengan benda langit, perubahan iklim global lebih memungkinkan untuk reset bumi," katanya. "Kitalah yang membuat terjadinya kiamat --kamu, aku, tetangga..."

"Ah, tetangga masa gitu," Jaka berkelakar sambil memarkir mobil. Mereka sudah sampai tujuan.

Rara tertawa lagi. "Ya sudahlah, kalau memang bumi harus di-setting ulang," ia bersiap-siap turun. "Sama-sama mati, tapi setidaknya aku dan kamu termasuk kaum yang sadar dan bertindak untuk kebaikan alam. Bukannya berada di golongan yang tidak peduli."

"Lah, tetangga masuk golongan apa dong?" Jaka bercanda lagi.

"Mbuh ah," Rara tambah geli. "Yang jelas saat di dalam mall nanti, mudah-mudahan ada banyak orang yang membawa tas belanjanya sendiri."

*******
*terima kasih mas Eri atas inspirasinya <3

Baca lagi kisah kasih mereka di: Kumpulan Fiksi Rara & Jaka 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar