[] Bilik Menulisku: Fiksi Rara & Jaka, Tentang Sumpah

Kamis, 06 Desember 2018

Fiksi Rara & Jaka, Tentang Sumpah


Jaka dan Rara sedang berada di tengah pulau Jawa, untuk melakukan perjalanan wisata. Mereka baru saja turun dari candi Borobudur, dan beristirahat sejenak sambil minum es kelapa muda. Dari warung tempat mereka berteduh dari teriknya matahari, Borobudur terlihat megah, memesona, sekaligus memancarkan aura mistis yang -somehow- indah, walau sulit terdeteksi oleh indera ragawi.

"Kamu merasakannya, kah, Ra?" Jaka bertanya. Beberapa detik sudah berlalu setelah kelapa mudanya diantarkan, dan ia masih terkesima memandang sang mahakarya di hadapannya.

Rara menyeruput es kelapanya dengan nikmat. "Tidak. tapi aku tau apa yang kamu maksud." jawabnya. Jaka memang sangat peka dengan hal-hal di luar indera.

Jaka tersenyum. Dikecupnya kepala sang istri dengan penuh sayang.

"Lah... Kameraku mana ya??" Rara tiba-tiba berseru. Ia berdiri dengan gegabah, hingga kelapa mudanya tersenggol dan hampir jatuh. Dicari-carinya salah satu benda kesayangannya itu dengan panik.

Tidak ikutan rusuh, Jaka bertanya santai, "Terakhir motret apa?"

"Aku pakai di anak tangga terakhir. Moto keseluruhan candi dari bawah..." yang ditanya menjawab dengan putus asa. "Aku bersumpah, kalo ada yang nemuin DSLRku tanpa cacat sedikitpun..."

"Hey..." suaminya menyela. "Watch your words, sayang..." Namun tak urung, ia segera memejamkan mata untuk ikut mencari tau keberadaan kamera Rara. "Ngga jauh dari sini," katanya.

Dua detik kemudian, seseorang berlari tergopoh-gopoh ke arah mereka. Ia membawa sesuatu yang sangat dikenal Rara.

"Mbak, ini punyanya ya? Tadi tertinggal di tanah..." kata si mas dengan lugunya, sambil menunjuk ke arah pintu keluar kawasan wisata.

Rara terlonjak dan berteriak girang. Kameranya ketemu! Ia segera menghujani si mas dengan puluhan terima kasih.

Jaka menggelengkan kepala melihatnya. Diambilnya selembar uang dari dompet, lalu diselipkannya ke tangan si mas sebagai tanda terima kasih. Sambil mengangguk tersenyum, ia melepas si mas yang berpamitan.

"Lain kali, ngga perlu pake bersumpah, yaa," Jaka memperingatkan istrinya. "Hati-hati dengan bicaramu. Untung kamu ngga lagi tinggal di zaman dulu..."

"Lah, kenapa memangnya?" Rara masih memeluk DSLRnya.

"Para Ksatria zaman dulu sangat tunduk pada sumpahnya," jawab Jaka. "Walau terkadang janjinya itu sungguh menemui kengawuran..."

"Oooh, aku tau!" seru Rara. "Seperti Bhisma yang bersumpah untuk mengabdi pada siapapun itu Raja Hastinapura, kan?"

*Bhisma adalah salah satu tokoh besar dalam kisah Mahabharata. Ia adalah Kakek sekaligus Guru dari para Kuru dan Pandawa. Beliau membuat sumpah untuk tidak akan menjadi Raja, walaupun dirinya adalah pewaris tahta, namun akan selalu membantu siapapun itu yang menjadi Raja Hastinapura. Sebuah sumpah yang kemudian menemui keganjilan, karena seorang Raja pun bisa jadi tidak membawa kedamaian bagi rakyatnya, dan Bhisma terpaksa harus berada di pihak Raja karena terikat sumpahnya...

"Wah, istriku pintar sekali hari ini," Jaka memuji. "Iya betul, Bhisma yang pantang ingkar janji. Ingat kah, satu tokoh lagi yang terikat pada sumpahnya yang menyesatkan?"

"Karna," Rara menjawab dengan sumringah. "Aku tau karena suka nonton serialnya dulu...dan karena naksir si Raja Angga, ahahah."

*Karna adalah kakak tertua dari Pandawa lima, anak dari Dewi Kunti yang "dibuang". Ayahnya adalah sang Dewa Surya, sehingga kesaktian sang Ayah menurun kepadanya. Karna mengalami masa lalu yang menyedihkan, sampai suatu saat kakak tertua para Kuru, Duryudana, mengenali kesaktiannya dan diangkat menjadi sahabat. Menjadi sahabat bagi pewaris tahta Hastinapura adalah kebanggana bagi Karna, yang merasa selalu direndahkan martabatnya karena "terbuang". Maka ia mengambil sumpah untuk selalu membela para Kuru, walaupun sadar bahwa ia berada di sisi yang salah.

Jaka ikut tertawa. "Aku ngga sesakti Karna dalam hal memanah. Bahkan Arjuna pun bisa saja kalah. Tapi aku sakti dalam hal lain..."

Rara mengenali arti dari suara bernada rendah itu... Sebentar lagi pasti suaminya itu akan...

"Balik ke hotel, yuk!" Jaka memeluk pinggang sang istri dan meraba lekukannya.

"Nah kan..." Rara mendorong Jaka sambil tertawa-tawa. Berlagak seolah ia tidak ingin dimesrai kekasih hati.

Namanya perempuan, suka sekali main jual-mahal...

********

5 komentar:

  1. Kalau bikin kesimpulan tentang Bhisma tuh aku merasa Bhisma memang baik, tapi terlalu tunduk dengan sumpahnya mengabdi pada Hastinapura. Makanya waktu Drupadi dipermalukan di Hastinapura karena Pandawa kalah judi yaudah Bhisma nggak bisa ngapa-ngapain. Kesimpulannya adalah sebelum berjanji atau bersumpah, yah dipikir pikir dulu.

    BalasHapus
  2. Ehem jadi kangen pengen honeymoon lagih

    BalasHapus
  3. Uhuy endingnya bikin senyum - senyum. Aku ketagihan cerita Rara dan Jaka terus nih jadinya

    BalasHapus